EVOLUSI MANUSIA
Sabtu, 07 September 2019
EVOLUSI MANUSIA
A. Latar
Belakang
Masalah penciptaan manusia termasuk salah satu pembahasan
kuno yang mungkin telah mendapat perhatian dari sejak manusia itu diciptakan. Dengan menilik kitab-kitab samawi beberapa
agama seperti agama Yahudi, Kristen, dan Islam, kekunoan pembahasan dapat kita
lihat dengan jelas. Makalah ini ingin mengupas sebuah pembahasan komparatif
antara ayat-ayat kitab samawi yang menyinggung penciptaan manusia dan teori
evolusi. Dengan kata lain, perbandingan antara keyakinan para ahli tafsir dan
pengetahuan yang diyakini oleh para ilmuwan ilmu alam tentang tata cara
penciptaan manusia. Akan tetapi, kejelasan tentang masalah ini bergantung pada
penjelasan yang benar tentang teori pemikiran ini, dan juga pada pemaparan
latar belakang sejarah dan sikap-sikap yang pernah diambil dalam menanggapinya.
Tujuan asli tulisan ini adalah kita ingin menemukan sumber kehidupan manusia.
Apakah seluruh jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan muncul dengan bentuk seperti
ini dan dengan karakteristik dan keistimewaan yang independen dari sejak awal
mereka diciptakan, dan lalu mereka juga berkembang biak dengan dengan cara yang
sama? Ataukah seluruh binatang dan tumbuh-tumbuhan itu berasal dari spicies
(naw‘) yang sangat sederhana dan hina, lalu mereka mengalami perubahan bentuk
lantaran faktor lingkungan dan natural yang beraneka ragam, dan setelah itu
mereka memperoleh bentuk yang lebih sempurna dengan gerakan yang bersifat
gradual sehingga memiliki bentuk seperti sekarang ini?
Teori pertama dikenal dengan nama
teori Fixisme dan diyakini oleh para pemikir pada masa-masa terdahulu. Sedang
teori kedua dikenal dengan nama teori Transformismedan diterima oleh para
ilmuwan dari sejak abad ke-19 Masehi. Teori pertama meyakini adanya aneka ragam
spicies makhluk yang bersifat independen; artinya manusia berasal dari manusia
dan seluruh binatang yang lain juga berasal dari spicies mereka masing-masing.
Akan tetapi, teori kedua beranggapan bahwa penciptaan spicies-spicies yang ada
sekarang ini berasal dari makhluk dan spicies-spicies yang berbeda.
Para ilmuwan berkeyakinan
bahwa teori Evolusi alam natural paling tidak seusia dengan masa para filosof
Yunani. Sebagai contoh,
Heraclitus meyakini bahwa segala sesuatu senantiasa mengalami proses dan
evolusi. Ia menegaskan, “Kita
harus ketahui bersama bahwa segala sesuatu pasti mengalami peperangan, dan
peperangan ini adalah sebuah keadilan. Segala sesuatu terwujud lantaran
peperangan ini, dan setelah itu akan sirna.” Segala sesuatu selalu berubah dan
tidak ada suatu realita yang diam. Ketika membandingkan antara
fenomena-fenomena alam dengan sebuah aliran air sungai, ia berkata, “Kalian
tidak dapat menginjakkan kaki dalam satu sungai sebanyak dua kali.”
Mungkin filosof pertama yang
mengklaim teori Tranformisme (perubahan gradual karakteristik dan spicies
seluruh makhluk hidup) adalah Anaximander. Ia adalah filosof kedua aliran
Malthy setelah Thales. Ia beryakinan bahwa elemen utama segala sesuatu adalah
substansi (jawhar) yang tak berbatas, azali, dan supra zaman. Anaximander juga
berkeyakinan bahwa kehidupan ini berasal dari laut dan bentuk seluruh binatang
seperti yang kita lihat sekarang ini terwujud lantaran proses adaptasi dengan
lingkungan hidup. Manusia pada mulanya lahir dan terwujud dari spicies binatang
lain. Hal ini lantaran binatang-binatang yang lain dapat menemukan sumber
makanannya dengan cepat. Akan tetapi, hanya manusia sajalah yang memerlukan
masa yang sangat panjang untuk menyusu pada ibu yang telah melahirkannya. Jika
manusia memiliki bentuk seperti yang dapat kita lihat sekarang ini sejak dari
permulaan, niscaya ia tidak akan dapat bertahan hidup.
Meskipun teori Evolusi memiliki masa lalu yang sangat
panjang, tetapi teori ini tidak memperoleh perhatian yang semestinya dari para
ilmuwan selama masa yang sangat panjang. Dengan kemunculan para ilmuwan seperti
Lamarck, Charles Robert Darwin, dan para ilmuwan yang lain, teori ini sedikit
banyak telah berhasil menemukan posisi ilmiah yang semestinya. Di penghujung
abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, seorang ilmuwan ilmu alam berkebangsaan
Prancis yang bernama Cuvier melontarkan sebuah teori tentang penciptaan makhluk
hidup. Ia berkeyakinan bahwa
makhluk hidup muncul selama masa yang beraneka ragam dalam tataran geologi.
Lantaran revolusi-revolusi besar dan tiba-tiba yang pernah terjadi di permukaan
bumi, seluruh makhluk hidup itu musnah. Setelah itu, Tuhan menciptakan kelompok
binatang baru dalam bentuk yang lebih sempurna. Periode-periode makhluk
selanjutnya juga muncul dengan cara yang serupa. Teori ini dalam ilmu Geologi
dikenal dengan nama Catastrophisme; yaitu revolusi besar di permukaan bumi. Ia
mengingkari seluruh jenis hubungan kefamilian antara makhluk hidup pada masa
kini dan makhluk-makhluk yang pernah hidup sebelumnya.
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh
Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka
dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya
dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr
(15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang
penciptaan manusia pertama itu dalam surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam
sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
"Sesungguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam
itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di
dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan
manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan
hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya, yang artinya :
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) :
36)
Adapun Proses Kejadian Manusia kedua ini oleh Allah
dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka
secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan
adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari
tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah
keturunan yang akan meneruskan generasinya.
Proses Kejadian Manusia ketiga adalah kejadian semua
keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat
ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di
dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara
terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu
dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik."
(QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar
dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya
pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh
hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah.
Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian
diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/ menetapkan)
empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik
(nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim).
Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam
telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu
tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an
dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar
kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua
berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada
di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari
pernikahan (hubungan sek s ual), maka terjadilah pembauran antara sperma
(lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga
mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog
terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan :
"Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan
pada abad ke-7 M itu". Selain itu beliau juga mengatakan, "Dari
ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup
manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum
(sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu
belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18,
demikian pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik
dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh
ebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan
kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya."
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu
genetika (janin) bahwa selama embriyo berada di dalam kandungan ada tiga
selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus
(rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan
dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam
rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di
dalam Al Qur’an :
"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian
demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam
rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS.
Az Zumar (39) : 6).
C. Aliran-Aliran Teori Evolusi
Lantaran pandangan yang beraneka ragam terhadap struktur
alam, para pendukung teori Evolusi Spicies memiliki sikap dan haluan yang
sangat beragam. Atas dasar ini, pada setiap penggalan sejarah, banyak hipotesis
baru yang dilontarkan untuk menepis teori-teori oposisi. Aliran Lamarckisme,
Neo Lamarckisme, Darwinisme, Neo Darwinisme, dan teori Mutasi (perubahan secara
tiba-tiba) adalah lima aliran yang mendukung teori Evolusi. Pada kesempatan
ini, kami akan menjelaskan setiap aliran pemikiran ini secara ringkas, dan juga
meneliti akibat yang telah muncul sebagai konsekuensinya
a. Lamarckisme
Seperti telah dijelaskan di atas, Lamarck, seorang zoolog
berkebangsaan Prancis, ini adalah biologis pertama yang—paling tidak—telah
berhasil mengokohkan teori Evolusi berpijak di atas konsep-konsep ilmiah. Ia
mendeklarasikan teorinya itu pada tahun 1801 M. dengan menerbitkan bukunya yang
berjudul Falsafeh-ye Janevar Shenasi (Filsafat Zoologi). Ia tidak meyakini
bahwa undang-undang yang berlaku di alam ini keluar dari kehendak Ilahi yang
azali. Tetapi ia berkeyakinan bahwa motor utama penggerak sebuah kesempurnaan
adalah sebuah power yang menjadi faktor keterwujudan spicies-spicies yang lebih
sempurna melalui kaidah “pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh”.
Menurut Lamarck, setiap makhluk hidup pada permulaannya sangat hina dan
sederhana sekali. Lalu lantaran beberapa kausa dan faktor, makhluk hidup itu
mengalami evolusi menjadi spicies yang lebih sempurna. Faktor-faktor tersebut
adalah lingkungan hidup, pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh,
kehendak, dan perpindahan seluruh karakteristik yang bersifat akuisitif
(iktisâbî).
Substansi klaim Lamarck adalah perubahan lingkungan hidup
menyebabkan perubahan anggota tubuh. Seekor binatang untuk menjalani kehidupan
terpaksa harus memanfaatkan sebagian anggota tubuhnya melebihi anggota tubuh
yang lain. Dengan memperkuat fungsi sebagian anggota tubuhnya dan meminimalkan
fungsi sebagian anggota tubuh yang lain, ia melestarikan kehidupannya. Dengan
kata lain, perubahan kondisi kehidupan menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru.
Jika makhluk hidup tidak memperdulikan seluruh kebutuhan itu, maka ia akan
musnah. Tetapi jika ia harus memenuhi seluruh kebutuhan itu, maka ia memerlukan
anggota tubuh yang sesuai. Dengan demikian, sebuah evolusi dalam struktur
tubuhnya akan terjadi. Jika ia memanfaatkan sebagian anggota dalam jumlah yang
minimal, maka anggota tubuh itu akan melemah dan kadang-kadang akan musnah.
Tetapi jika ia melakukan aktifitas dalam kadar yang maksimal, maka
anggota-anggota tubuh baru akan muncul. Pada akhirnya, perubahan-perubahan
akuisitif (iktisâbî) ini akan diwarisi oleh generasi-generasi makhluk hidup
berikutnya.
Faktor lain evolusi itu adalah kehendak dan keinginan yang
dimiliki oleh makhluk hidup. Artinya, ia ingin mengadaptasikan diri dengan
lingkungan hidup dan mengatasi seluruh kebutuhan hidupnya. Untuk membuktikan
hipotesisnya itu, Lamarck mengajukan analisa tentang mata seekor tikus yang
buta, paruh kuat yang dimiliki oleh sebagian burung, lenyapnya kaki ular,
memanjangnya leher jerapah, berubahnya kuda dari kondisi karnivora menjadi
herbivora, dan contoh-contoh yang lain. Menurut keyakinannya, semua itu terjadi
lantaran faktor-faktor yang telah dipaparkan di atas.
b. Neo Lamarckisme
Teori Noe Lamarckisme muncul ke arena ilmu Biologi berkat
usaha keras Gope, seorang ahli Biologi berkebangsaan Amerika. Teori ini sangat
serupa dengan teori Lamarck berkenaan dengan evolusi spicies dan peran beberapa
faktor penting seperti kondisi lingkungan hidup, pemanfaatan dan
non-pemanfaatan anggota tubuh, dan pewarisan karakteristik yang bersifat
akuisitif (iktisâbî). Akan tetapi, dalam menanggapi kehendak dan keinginan
makhluk hidup untuk mengubah anggota tubuhnya sendiri, teori ini tidak sejalan
dengan teori Lamarck. Menurut teori Neo Lamarckisme, makhluk hidup dan
tumbuh-tumbuhan mengalami evolusi lantaran pengaruh langsung lingkungan hidup.
Generasi-generasi selanjutnya akan mewarisi seluruh perubahan yang bersifat
akuisitas ini.
Zeo Frouy Saint Hailler, seorang ahli Biologi berkebangsaan
Prancis, juga memiliki pemikiran seperti Lamarck. Ketika bukunya yang berjudul
Falsafeh-ye Tashrîh beredar pada tahun 1818 M., banyak sekali protes yang
tertuju kepadanya pada paruh pertama abad ke-19.
c. Darwinisme
Teori ketiga dicetuskan oleh Charles Robert Darwin, seorang
ahli Biologi berkebangsaan Inggris. Ia lahir pada tahun 1809 M. Di permulaan
usianya, ia menekuni ilmu kedokteran. Setelah itu, ia mempelajari ilmu agama.
Akan tetapi, ia tidak pernah memiliki keinginan untuk menekuni bidang ilmu
kedokteran dan juga tidak berminat untuk melakukan tugas-tugas seorang pendeta.
Oleh karena itu, ketika mendengar bahwa sebuah kapal laut ingin melancong
keliling dunia, ia ikut bersama kapal laut itu dengan tujuan untuk menjelajahi
jagad raya ini. Ia menjelajahi lautan dan daratan selama beberapa tahun lamanya.[9]
Di sela-sela penjelajahan itu, ia melakukan penelitian ilmiah. Ia meneliti
tentang tata cara penciptaan dan kondisi tumbuh-tumbuhan dan binatang. Ketika
telah kembali ke negaranya, ia merenungkan, memikirkan, dan meneliti seluruh
penemuan yang telah dicatat dalam buku hariannya selama dua puluh tahun.[10]
Dari konklusi seluruh hasil penelitiannya ini, ia mengambil kesimpulan bahwa
teori kuno harus ditinggalkan dan teori baru; yaitu teori Evolusi Spicies,
harus diterima. Menurut keyakinannya, seluruh makhluk hidup berubah menjadi
bentuk makhluk hidup yang lain lantaran sebuah proses evolusi dan
penyempurnaan, dan tidak ada satu makhluk hidup pun yang diciptakan tanpa
adanya sebuah mukadimah dan secara mendadak dan tiba-tiba.
Pada tahun 1837 M., Darwin menerbitkan sebuah koran dan
memuat buah pemikirannya di koran tersebut secara gradual. Pada tanggal 20 Juli
1854, ia berhasil menamatkan penulisan buku Mansha’-e Anva’ dan menerbitkannya
pada tanggal 24 Oktober 1859. Dalam membuktikan teori Tranformisme, Darwin
mengajukan riset-riset yang telah dilakukannya tentang embriologi binatang,
periode-periode kesempurnaan nenek moyang makhluk hidup sesuai dengan
pembuktian fosilologi, dan keserupaan struktur janin manusia dengan ikan dan
katak kepada para ahli ilmu Biologi yang hidup semasa dengannya. Ia juga
membawakan sebuah bukti bahwa klan manusia masih memiliki hubungan kefamilian
dengan klan binatang.
Pada hakikatnya, teori Darwin adalah perluasan cakupan
siasat ekonomi klasik terhadap dunia binatang dan tumbuh-tumbuhan. Buku
Malthus, seorang ekonom dan pendeta berkebangsaan Inggris, tentang masyarakat
banyak mempengaruhi pemikiran Darwin. Dalam bukunya itu, Malthus ingin
membuktikan bahwa masyarakat di muka bumi ini akan bertambah sesuai dengan
ketentuan progresi numeral (tashâ’ud-e handasî). Hal ini padahal seluruh
fasilitas ekonomi tidak mungkin dapat menjamin seluruh kebutuhan manusia. Atas
dasar ini, mayoritas manusia yang hidup dalam sebuah generasi harus musnah
lantaran sebuah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, paceklik,
perang, dan lain sebagainya sebelum mereka menggapai usia balig agar
keseimbangan antara jumlah masyarakat dan fasilitas ekonomi tersebut terwujud.
Menurut sebuah riset, jumlah umat manusia dalam tempo dua puluh lima tahun akan
bertambah dua kali lipat. Jika penambahan jumlah penduduk itu tetap berjalan
dalam kurun waktu dua abad, maka jumlah penduduk bumi akan mencapai lima
milyard.
Di samping buku Malthus, pemikiran dan percobaan-percobaan
yang pernah dilakukan oleh Lamarck dan para pemikir yang lain adalah faktor
lain yang memiliki pengaruh besar terhadap teori Darwin. Lamarck membagi bumi
dan makhluk hidup ke dalam beberapa periode:
1. Pada periode pertama yang berlangsung selama
2 juta tahun, tidak ada satu makhluk hidup pun yang ada di muka bumi.
2. Pada
periode kedua yang berlangsung selama 1 milyard tahun, bumi hanya dihuni oleh
makhluk hidup bersel tunggal dan binatang-binatang laut yang sangat sederhana.
3. Pada
periode ketiga yang berlangsung selama 360 juta tahun, binatang melata yang
hidup di dua alam dan tak bertulang punggung muncul di permukaan bumi.
4. Pada
periode keempat yang berlangsung selama 750 juta tahun, binatang mamalia,
bangsa ikan, dan burung muncul di permukaan bumi.
5. Pada
periode kelima yang belangsung selama 75 juta tahun, makhluk hidup yang lebih
sempurna dan manusia anthropoid muncul di permukaan bumi. Pada era 1 juta tahun
terakhir, manusia telah berubah menjadi manusia sempurna yang dapat kita lihat
sekarang.
d. Background Utama Teori
Darwin
Background utama teori Evolusi Darwin adalah beberapa hal
berikut ini:
1. Konsep kausalitas; dalam dunia makhluk hidup,
tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi tanpa kausa.
2. Konsep gerak; dunia makhluk senantiasa
mengalami perubahan.
3. Konsep tranformasi kuantitas menjadi
tranformasi kualitas; dalam dunia makhluk, seluruh tranformasi kuantitas yang
akumulatif (bertumpuk-tumpuk) akan berubah menjadi tranformasi kualitas.
4. Konsep kekekalan materi dan energi; antara
dunia makhluk hidup dan makhluk tak hidup terjadi proses pertukaran materi dan
energi. Dalam proses pertukaran ini, tidak ada suatu apapun yang akan sirna.
5. Konsep antagonisme; setiap partikel dari
dunia makhluk hidup dan begitu juga keseluruhan dunia tersebut senantiasa
memiliki antagonis yang menganugerahkan identitas kepadanya. Proses antagonik
dan kontradiksi adalah faktor utama gerak dan pencipta kontradiksi-kontradiksi
baru.
6. Konsep kombinasi; seluruh antagonis yang ada
di dunia makhluk hidup selalu berada dalam konflik. Tapi akhirnya seluruh
antagonis itu akan berpadu. Dari perpaduan ini, muncullah sebuah kombinasi baru
di dunia wujud, dan kombinasi baru ini juga memiliki antagonis.
7. Konsep negasi dalam negasi; setiap sistem,
baik berupa organisme individual, spicies, genus, klan, dan lain sebagainya
adalah sebuah realita nyata yang akan sirna di sepanjang masa lantaran konflik
yang terjadi antar antagonis. Tempat realita itu diambil alih oleh realita
nyata baru yang ia sendiri akan sirna pada suatu hari. Hasil dari negasi dalam
negasi ini adalah proses tranformasi.
D. Darwin dan Manusia
Darwin berkeyakinan bahwa perbedaan antara manusia dan
binatang, baik dari sisi postur tubuh maupun kejiwaan, hanya bersifat
kuantitas. Ia tidak meyakini adanya perbedaan kualitas antara kedua makhluk
ini. Atas dasar ini, perasaan, pemahaman rasional, naluri, keinginan, rasa
cinta dan benci, dan lain sebagainya juga dimiliki oleh binatang-binatang hina
dalam bentuk yang sangat primitif dan kadang-kadang pula dalam bentuk yang
sudah sempurna. Darwin bersiteguh bahwa nenek moyang manusia yang berkaki empat
pada mulanya berdiri dengan menggunakan dua kaki belakangnya, tetapi tidak
secara sempurna. Realita ini adalah permulaan ditemukannya makhluk hidup
berkaki dua. Pertikaian untuk kekal dan perubahan kondisi lingkungan hidup
memiliki peran yang sangat penting dalam evolusi manusia. Dalam perubahan kera
berbentuk manusia menjadi manusia, Darwin menegaskan bahwa faktor geografis dan
ekonomis memiliki saham yang sama. Penjelasannya adalah berikut ini:
1. Evaluasi Teori Darwin
Sampai di sini jelas bagi kita bahwa teori Evolusi Darwin
betumpu pada enam dasar. Bangsa binatang dengan perubahan lingkungan hidup yang
dialaminya, pertikaian untuk kekal, penggunaan sebagian anggota tubuhnya dan
penon-fungsian sebagian anggota tubuh yang lain, mengalami perubahan fisik.
Dengan pilihan natural, ia memiliki hal-hal yang sesuai dengan tubuhnya dan
membuang hal-hal yang tidak sejalan dengan kondisi fisiknya. Akhirnya,
perubahan-perubahan akuisitif ini melalui jalan waris-mewarisi di sepanjang
perjalanan hidup menyebabkan evolusi di dunia makhluk hidup. Sekarang kita
menghadapi dua pertanyaan di bawah ini:
- Apakah seluruh perubahan biologis yang dialami oleh binatang di
sepanjang perjalanan hidupnya ini dapat diinterpretasikan dengan teori evolusi?
- Jika terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam teori evolusi, apakah ada
sebuah teori lebih unggul yang telah dijadikan sebagai penggantinya atau belum?
Perlu kami ketengahkan di sini bahwa di dunia Eropa,
di samping para rohaniawan dan pendeta seperti Hansloe, Sajwick, dan Violle,
juga terdapat beberapa ilmuwan yang memiliki kedudukan penting di universtas
serta juga memiliki karya dan pengaruh yang sangat besar dalam bidang ilmu
biologi menentang teori Darwin. Para ilmuwan kenamaan seperti Louis Agasser
(embriolog), Richard Oven (paleontolog), Charles Arsent Birre, dan George
Miawart (dua zoolog berkebangsaan Inggris) adalah para penentang teori Darwin
yang sangat getol. Pada kesempatan ini, kami akan menyebutkan beberapa
kejanggalan yang terdapat dalam teori Darwin.
Pertama, sebuah teori ilmiah dipandang dari sisi logika
adalah sebuah kaidah universal yang menjelaskan sebuah sistem yang terjadi
secara berulang-ulang dan bersifat abadi. Kedua, berdasarkan kaidah tersebut,
prediksi sebuah peristiwa dan juga interpretasinya dapat dipahami dengan mudah.
Ketiga, ketidakbenaran sebuah kaidah ilmiah dapat dipahami melalui pengalaman.
Atas dasar ini, statemen-statemen parsial dan realita di alam nyata seperti
“matahari adalah sebuah planet yang sangat panas” dan “Napeleon mengalami
kekalahan dalam perang Watherloe”, serta premis-premis yang tidak bisa
dieksperimen keluar dari ruang lingkup kaidah ilmiah. Ketika menjelaskan
program universal dan kaidah umum kebinasaan dan kekekalan makhluk hidup di
medan sejarah, Darwin menegaskan bahwa di masa, tempat, dan iklim tertentu,
sekelompok binatang yang tidak memiliki kelayakan untuk kekal akan binasa dan
sekelompok binatang yang memiliki kelayakan untuk kekal akan kekal.
Sekarang, jika kita bertanya binatang manakah yang akan
kekal? Jawabannya adalah binatang yang lebih layak. Jika kita bertanya binatang
manakah yang lebih layak? Jawabannya adalah binatang yang akan kekal. Hasilnya,
binatang yang akan kekal adalah binatang yang akan kekal. Jelas, realita ini
adalah sebuah sirkulasi logika (dawr mantiqi) yang tersembunyi dalam teori
pilihan natural dan kekekalan makhluk yang lebih pantas. Tidak ada tempat
pelarian dari sirkulasi ini.
Atas dasar ini, teori pilihan natural selalu abstain berkenaan
dengan liku-liku dan arah peristiwa yang akan terjadi. Jika manusia tidak
terwujud dalam mata rantai sebuah evolusi, niscaya teori pilihan natural akan
menafsirkan bahwa tidak ada jalan lain; situasi dan kondisi tidak membantu.
Jika sebuah makhluk hidup yang bernama manusia terwujud secara aksidental
sekalipun, maka teori ini akan menjustifikasi kekekalan manusia itu berdasarkan
kelayakan dan kemampuan yang ia miliki untuk menyelaraskan diri dengan
lingkungan hidup. Dengan demikian, mekanisme teori pilihan natural akan
memberikan jawaban yang sama dalam menghadapi setiap peristiwa dan tidak akan
menampakkan sebuah sensitifitas berkenaan peristiwa apapun. Konsekuensinya
adalah teori ini tidak bersifat ilmiah, karena sebuah kaidah ilmiah harus
memiliki kemampuan dalam menunjukkan presdiksinya.
Jika teori Evolusi adalah sebuah teori yang bersifat
universal, maka mengapa hanya sebagian binatang yang berubah menjadi spicies
binatang yang lain, padahal sebagian yang lain dari binatang yang sama dan di
daerah yang sama pula tetap berbentuk seperti sedia kala? Sebagai contoh, dalam
sejarah perkembangan biologis, mengapa sebagian kera telah berubah menjadi
manusia, sementara kera-kera yang lain tetap berupa kera seperti sedia kala?
Teori perpindahan sifat-sifat akuisitif kepada
generasi-generasi yang akan datang melalui jalan waris-mewarisi sebagai salah
satu pondasi teori Lamarck dan Darwin telah berhasil dibatalkan oleh para
ilmuwan embriolog pada masa kini. Dalam berbagai eksperimen, mereka melakukan
penelitian atas berbagai kasus seperti penderita penyakit yang terpotong salah
satu anggota tubuhnya, penggunaan dan non-penggunaan anggota tubuh, dan
pendidikan serta pengajaran selama dua puluh dua generasi. Akan tetapi, mereka
tidak pernah sampai pada kesimpulan adanya perpindahan sifat-sifat akuisitif
tersebut. Lebih penting dari itu, khitan anak laki-laki yang dilakukan oleh
muslimin dan para pengikut agama Kalimi dan telah berlanjut selama berabad-abad
adalah contoh eksperimen paling jitu yang hingga sekarang belum berubah menjadi
sebuah warisan secara turun-temurun. Dengan kata lain, hanya
perubahan-perubahan yang terdapat dalam sel-sel s ek sual dapat berpindah
kepada generasi-generasi mendatang.
Darwin sangat memberikan perhatian khusus terhadap
unsur pertikaian untuk kekal. Padahal hubungan antar makhluk hidup tidak hanya
terbatas pada perang dan pertikaian. Banyak sekali bentuk saling
tolong-menolong dan gotong royong yang terjadi dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Teori Darwin lebih menitikberatkan pada bukti-bukti
penemuan paleontologis, embriologis, dan anatomi komparatif. Semua bukti itu
hanya bersandarkan pada prasangka yang tidak dapat mendatangkan keyakinan dan
hanya bersifat parsial. Atas dasar ini, teori ini tidak dapat dipopularisasikan
sebagai sebuah teori ilmiah. Hanya keserupaan yang dimiliki oleh janin-janin
binatang atau perbandingan beberapa unsur binatang dan keserupaan yang dimiliki
oleh unsur-unsur tersebut tidak dapat dijadikan sebagai bukti atas keilmiahan
sebuah teori. Menurut hemat kami, pondasi dan pilar-pilar teori Darwin tidak
mampu untuk menginterpretasikan banyak hakikat seperti naluri, ilham, akal, dan
lain sebagainya, meskipun ia sendiri bersikeras ingin membuktikan kemampuan
teorinya dalam hal ini.
Darwin meyakini bahwa perbedaan antara perasaan
manusia dan kera yang berupa manusia hanya bersifat kuantitas. Padahal jika
kita meneliti seluruh periode belajar, perkembangan, dan stimulasi dengan jeli,
niscaya perbedaan kualitas antara dua makhluk ini sangat jelas dan gamblang. Dengan
kata lain, perbedaan kuantitas yang dimiliki oleh kedua makhluk ini menjadi
sumber kemunculan sebuah perbedaan kualitas.
2. Neo Darwinisme
Teori keempat dari teori Evolusi adalah teori Neo
Darwinisme. Teori ini dibangun oleh August Wisman, seorang zoolog berkebangsaan
Jerman. Ia mengkritik dan mengingkari adanya perpindahan sifat-sifat akuisitif
kepada generasi-generasi berikutnya. Akan tetapi, ia mengklasifikan sel-sel
makhluk hidup dalam dua kategori: (a) sel Germin (s ek s) dan (b) sel Soma
(anatomi). Kemudian, dengan mencetuskan teori Plasma Janin (Plasma
Embryogenique) dan bahwa materi itu hanya dimonopoli oleh sel-sel se ks ual, ia
berhasil menafsirkan tata cara perpindahan sifat dan karakteristik kepada
generasi-generasi berikutnya. Ia menamakan materi ini dengan Materi
Patrimonial.
3. Teori Mutasi (Perubahan
Secara Tiba-Tiba)
Teori Mutasi adalah teori kelima dari sekian teori Evolusi.
Terori ini meyakini bahwa perubahan gen yang terjadi dengan tiba-tiba dan
sekaligus menyebabkan perubahan yang bersifat patrimonial dalam diri spicies.
Evolusi tumbuh-tumbuhan dan binatang terjadi melalui cara ini. Dengan bersandar
pada teori ini, para ilmuwan dapat menjustifikasi dan menafsirkan evolusi yang
terjadi pada berbagai spicies dengan lebih baik.
Teori ini dicetuskan oleh Hugo Deoufris, seorang
botanis berkebangsaan Belgia. Teori ini mengklaim bahwa sebagian biji
tumbuh-tumbuhan, meskipun memiliki keserupaan yang sempurna dengan
spicies-spiciesnya, mengalami perubahan spicies dan karakteristik. Perubahan ini
terjadi dengan tiba-tiba, sekaligus, dan tanpa terpengaruh oleh situasi dan
kondisi yang terjadi di sekitar lingkungan hidup. Perubahan ini akan berpindah
kepada generasi berikutnya melalui jalan gen. Dari sejak ilmu genetika
berkembang pesat dikalangan para penggandrungnya, teori Mutasi sebagai sebuah
teori ilmiah menjadi pengganti seluruh teori yang lain.
E. Efek dan Pengaruh Teori
Darwin
Pandangan dan pemikiran Darwin, seperti persepsi dan teori
Newton, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap dunia pemikiran yang
berkembang di dunia ini. Dengan mencetuskan teori naturalistis dan interpretasi
vehikularnya terhadap dunia biologis, Newton telah berhasil mengubah Monoteisme
yang bersandarkan pada ajaran wahyu menjadi Monotoisme Naturalis atau Deisme.
Darwin, dengan teori Evolusinya di dunia biologis, juga telah berhasil
menanamkan efek dan pengaruhnya dalam bidang agama, akhlak, sosiologi, dan
antropologi. Atas dasar ini, hendaknya kita senantiasa memperhatikan satu poin.
Yaitu, meskipun Darwin dikenal sebagai seorang ahli biologi, akan tetapi teori
Evolusinya yang notabene banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran logika dan
pondasi dasar teori dialektika Hegel, serta dasar-dasar pemikiran Lamarck dan
para pemikir yang lainmemiliki pengaruh yang sangat luas terhadap mayoritas
aliran pemikiran filsafat, teologi, sosiologi, humanisme, dan biologi.
a. Kontradiksi Darwinisme
dengan Makrifatullah
Seperti telah dijelaskan sebelum ini, terdapat dua
pandangan berkenaan dengan penciptaan spicies: (1) teori Fixisme yang meyakini
penciptaan independen yang bersifat tiba-tiba dan (2) teori Transformasi yang
meyakini bahwa seluruh makhluk hidup terderivasi dari sesamanya. Pertanyaan
yang ada adalah apakah kita dapat mengasumsikan bahwa teori Fixisme sejalan
dengan konsep makrifatullah dan teori Transformisme menentang konsep tersebut.
Sebagian pemikir mengklaim bahwa teori Darwin kontradiktif
dengan argumentasi kekokohan ciptaan alam semesta (itqan-e son’) atau
argumentasi teleolgikal (pengetahuan tentang tujuan ciptaan) sehingga dengan
argumentasi ini yang merupakan argumentasi terpenting tentang konsep
makrifatullah—kita tidak akan mampu membuktikan keberadaan Tuhan. Tidak
diragukan bahwa argumentasi kekokohan ciptaan alam semesta di samping
argumentasi ontologikal (hasti-shenakhti) dan kosmodogikal (jahan-shenakhti)
adalah salah satu argumentasi terpenting dari tiga argumentasi klasik (tentang
keberadaan Tuhan). Ringkasan argumentasi ini adalah sebagai berikut:
Alam semesta ini adalah manifestasi keteraturan yang
memiliki tujuan (proyek, managemen, dan kesesuaian). Atas dasar ini, pewujud
alam semesta ini adalah sebuah Dzat yang cerdas, manager, dan bijaksana.
Kualifikasi utama sebuah keteraturan yang memiliki tujuan adalah keteraturan
itu membentuk seluruh proses dan struktur alam semesta ini sedemikian rupa
sehingga memiliki keserasian dan dapat menelurkan sebuah hasil tertentu. Ketika
menjelaskan srgumentasi ini, William Paley (1743-1805 M.), seorang teolog dan
filosof berkebangsaan Inggris, menulis, “Jika seseorang menemukan sebuah jam di
pulau Barhuti, ia berhak memiliki pikiran bahwa seorang yang sangat cerdas
telah menciptakan jam itu. Menurut persepsi teori Evolusi, struktur organik
masa kini lantaran sebuah proses yang bersifat antural terwujud dari batin organisme
yang sangat sederhana. Berdasarkan keyakinan teori ini, terdapat dua faktor
yang memainkan peran yang sangat penting: (a) mutasi dan (b) meluapnya jumlah
penduduk. Mutasi bisa terjadi apabila makhluk hidup yang masih bayi berbeda
dengan kedua orang tuanya dan ia memindahkan perbedaan ini kepada keturunannya
dan keturunannya itu memindahkan perbedaan itu kepada makhluk yang lain.
Seluruh keinginan dan mimpi Darwin adalah ia ingin menjelaskan bagaimana
organisme yang sangt rumit terwujud dari organisme yang lebih sederhana.
b. Teori Darwin Bertentangan
dengan Kemuliaan Manusia
Darwin meyakini bahwa kesempurnaan manusia adalah hasil
perubahan yang bersifat aksidental dan pertikaian untuk kekal. Atas dasar ini,
naluri etika yang merupakan kekuatan batin manusia yang paling unggul dan
berbeda sekalipun muncul dari sebuah pilihan natural. Ya, banyak ahli biologi
seperti Wallace memiliki asumsi yang berbeda dengan asumsi Darwin itu. Mereka
mengklaim bahwa pilihan natural tidak mampu menjustifikasi kekuatan-kekuatan
naluri manusia yang lebih tinggi. Hal itu karena pilihan natural hanya
memberikan kepada manusia liar sebuah otak yang lebih unggul dibandingkan otak
seekor kera.
Dengan demikian, dalam hal ini terdapat dua kubu;
Darwinisme dan para pengikut mazhab spiritualitas, yang saling bertentangan.
Kubu pertama memperkenalkan manusia sebagai sebuah makhluk yang melintas dari
gang dan perjalanan yang pernah dilalui oleh kera. Secara otomatis, kubu ini
mengingkari kedudukan tinggi dan utama yang dimiliki oleh manusia. Sementara
itu, kubu kedua meyakini bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, dan
oleh karena itu, ia tidak mungkin berasal dari bangsa kera.
Dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis dapat kita pahami bahwa:
1. Seluruh manusia memiliki dua sisi kejiwaan:
sisi kejiwaan yang rendah dan sisi kejiwaan yang tinggi. Sisi kejiwaan yang
rendah akan menyeretnya menuju ke jurang keburukan dan sisi kejiwaan yang
tinggi menuntunnya kepada kebaikan. Oleh karena itu, ketika manusia telah
berhasil menggapai tingkat kesempurnaan, ia akan bernilai.
2. Dalam meniti kedua sisi kejiwaan tersebut,
manusia memiliki hak untuk menentukan pilihan sendiri.
3. Barang siapa yang berusaha untuk memperkuat
sisi kejiwaannya yang rendah dan hewani tersebut dan meniti jalan kesesatan
dengan pilihannya sendiri, niscaya ia lebih rendah daripada binatang. Dan
barang siapa yang berusaha mengangkat dan menyempurnakan sisi kejiwaannya yang
tinggi, niscaya ia berhak menjadi khalifah Allah di muka bumi, menjadi pengajar
para malaikat, dan berhak memiliki kemuliaan Ilahi.
4. Jika kelebihmuliaan adalah sebuah nilai dan
bersifat akhlaki, kemuliaan manusia hanya bergantung pada seluruh tindakannya
yang bersifat ikhtiyari. Apabila tingkah laku baik manusia muncul dari sebuah
pilihan yang dimilikinya sendiri, ia berhak menyandang label kemuliaan akhlak.
Jika yang kita maksud adalah kemuliaan ontologis, maka lantaran manusia
memiliki kesempurnaan-kesempurnaan yang bersifat dzati dan washfi
(illustratif), tidak diragukan lagi bahwa ia memiliki aneka ragam kemampuan dan
kelayakan untuk menggapai kesempurnaan; tingkatan kesempurnaan wujudnya juga
memiliki kemuliaan filosofis, sekalipun kesempurnaan wujud ini adalah hasil
perubahan yang bersifat aksidental dan pertikaian untuk kekal.
5. Dalam memberikan nilai, manusia yang ada
sekarang ini adalah tema pembahasan kita, bukan nenek moyang dan masa lalunya.
Jika kita terima bahwa manusia berasal dari bangsa kera atau bahkan berasal
dari sebuah benda yang lebih hina dari itu seperti air sperma, kehinaan yang dimiliki
oleh makhluk asal yang sedang dalam proses evolusi tidak lantas menyebabkan
kehinaan bagi makhluk tersebut pada periode berikutnya. Sebaliknya juga dapat
dibenarkan; yaitu kemuliaan dan keutamaan yang dimiliki oleh sebuah makhluk
pada periode sebelumnya tidak lantas menyebabkan kemuliaan baginya pada periode
berikutnya.
6. Tolok ukur hakikat manusia adalah
ruhnya, bukan tubuh materinya. Atas dasar ini, jika manusia berasal dari bangsa
kera atau makhluk yang lain sekalipun, hal ini tidak memiliki andil dalam
kemuliaan yang dimilikinya. Oleh karena itu, teori Darwinisme tidak kontradiksi
sama sekali dengan kemuliaan manusia.
F. Kontrakdiksi antara Etika
Darwinisme dan Nilai-Nilai Etis
Pembahasan lain sehubungan dengan teori Darwinisme adalah
kontradiksi teori ini dengan nilai-nilai etis. Dalam sebagian karya tulisnya,
Darwin pernah menyatakan bahwa setiap tingkah laku yang dilakukan oleh manusia
adalah manifestasi dari sebuah pilihan natural. Jika menukik menuju
kesempurnaan adalah sebuah realita yang bersifat fitrah, maka tidak ada satu
pun dari keputusan manusia yang akan dapat menyetop lajunya.
Dalam sebagian karya tulisnya yang lain, Darwin menyatakan bahwa manusia harus
mengikuti setiap prasangka dan ide yang dimiliki oleh makhluk yang lain di alam
semesta ini. Ia juga mengingatkan, kesempurnaan mendatang lantaran
tindakan-tindakan naluris yang notabene membela makhluk yang lebih lemah
seperti orang-orang yang sakit atau yang cidera akan berhenti total. Persaingan
bebas harus terwujud di kalangan seluruh manusia dan manusia yang paling mampu
tidak boleh terhalangi untuk memproduksi hal-hal yang paling utama lantaran
alasan undang-undang atau adat istiadat. Yaitu sebagaimana alam semesta ini
adalah tempat bagi makhluk yang lebih layak dan terkuat, serta alam semesta
tidak akan pernah memberikan perhatian kepada makhluk yang lemah dan akan
menyingkirkannya, maka manusia dalam arena etika juga harus bertindak sesuai
dengan undang-undang alam semesta, dan sebagai ganti dari bertindak sesuai dengan
tuntunan naluri, memberikan perhatian kepada orang-orang yang lemah, lebih
mementingkan orang lain, mencintai orang lain, dan lain sebagainya, ia malah
harus bersaing dan meniti tangga-tangga (evolusi).
Darwinisme sosial terlahirkan berkat usaha Herbert Spencer
dan Nitczhe dengan tujuan untuk memberangus ras-ras yang hina nan tak
diinginkan dan menunjukkan etika evolusiatif. Kaum Nazi juga mengangkat teori
ini sebagai sebuah pondasi utama. Di dunia Barat masih ditemukan para pemikir
seperti Hackselly yang memiliki persepsi yang bertentangan dengan persepsi
Darwin dan meyakini bahwa nilai-nilai etis tidak bisa disimpulkan dari dunia
evolusi. Mereka juga menekankan bahwa melakukan sebuah tindakan yang memiliki
nilai lebih utama dari sisi etika; yaitu suatu tindakan yang kita beri nama
kebaikan dan keutamaan, menuntut adanya sebuah suluk yang—dari setiap
segi—bertentangan dengan sebuah realita yang akan memperoleh kemenangan di
arena pertikaian untuk kekal. Meskipun demikian, sebagai ganti dari menyingkirkan
atau melecehkan seluruh pihak oposisi yang berdiri di hadapannya, manusia
selayaknya tidak hanya menghormati makhluk sejenisnya, akan tetapi ia juga
harus memberikan pertolongan kepada mereka
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama Republik Indonesia -- Al-Qur'an dan
Terjemahannya.
Baidan, Nashruddin. 2003. Perkembangan Tafsir Al Qur'an
di Indonesia. Solo. Tiga Serangkai.
Baltaji, Muhammad. 2005. Metodologi Ijtihad Umar bin Al
Khatab. (terjemahan H. Masturi Irham, Lc). Jakarta. Khalifa.
Faridl, Miftah dan Syihabudin, Agus --Al-Qur'an, Sumber
Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
Ichwan, Muhammad Nor. 2001. Memasuki Dunia Al-Qur’an.
Semarang. Lubuk Raya.
------------------------------. 2004.Tafsir 'Ilmy:
Memahami Al Qur'an Melalui Pendekatan Sains Modern. Yogyakarta. Menara Kudus.
Ilyas, Yunahar. 1997. Feminisme dalam Kajian Tafsir
Al-Qur'an Klasik dan Kontemporer. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
al Khuli, Amin dan Nasr Hamid Abu Zayd. 2004. Metode
Tafsir Sastra. (terjemahan Khairon Nahdiyyin). Yogyakarta. Adab Press.
al Mahali, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As
Suyuthi,2001, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Azbabun Nuzul Jilid 4 (terj
oleh Bahrun Abu Bakar, Lc), Bandung, Sinar Algesindo.
Qardawi, Yusuf. 2003. Bagaimana Berinteraksi dengan
Al-Qur’an. (terjemahan: Kathur Suhardi). Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.
al-Qattan, Manna Khalil. 2001. Studi Ilmu-ilmu
Al-Qur'an. Jakarta. Lentera Antar Nusa.
al-Qaththan, Syaikh Manna' Khalil. 2006. Pengantar Studi
Ilmu Al-Qur'an (Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an). Terjemahan: H. Aunur Rafiq
El-Mazni, Lc, MA. Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.
ash-Shabuny, Muhammad Aly. 1996. Pengantar Studi
Al-Qur'an (at-Tibyan) (terjemahan: Moch. Chudlori Umar dan Moh. Matsna HS).
Bandung. al-Ma’arif.
0 komentar:
Posting Komentar