POLA PENGAJARAN MEMBACA ANAK KELAS BAWAH
Jumat, 06 September 2019
PENGGUNAAN METODE BUNYI
UNTUK MENGANTISIPASI SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN DI KELAS I
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan penyelenggaraannya diatur dengan
undang-undang.
Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Pendidikan dasar
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang kritis.
Pendidikan dasar dilaksanakan untuk mewujudkan suatu masyarakat Indonesia
yang terdidik minimal memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang esensial.
Dengan kemampuan dasar diharapkan para lulusan dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dan dijadikan bekal untuk menjalani kehidupan di
masyarakat.
|
Pertama, melalui sekolah dasar anak
didik dibekali kemampuan dasar, yakni kemampuan dasar yang mebuatnya mahir
membaca, dalam pengertian mampu berpikir kritis dan imajinatif yang diterapkan
dalam modus “menulis” maupun “membaca” yang merupakan kemampuan tuntutan.
Kedua, sekolah dasar merupakan satuan
pendidikan yang memberikan dasar-dasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang
berikutnya. Hal ini berarti bahwa pendidikan di sekolah dasar merupakan dasar
dari semua pendidikan, keberhasilan anak didik mengikuti pendidikan di sekolah
dasar menengah dan perguruan tinggi sangat ditentukan oleh keberhasilannya
dalam mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar (Sidi Djati Indra, 2002 : 79)
Dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 dikemukakan
bahwa pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan memiliki tujuan untuk
memberikan bekal bagi peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Menurut Surat Keputusan Mendiknas RI
Nomor 053/U/2001 bahwa tujuan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar
adalah agar siswa memiliki kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan dan
keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya, serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke SLTP, serta
memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur.
Berdasarkan pengalaman di lapangan,
bahwa melalui membaca kita akan banyak tahu hal-hal apa yang terdapat pada
banyak bahan bacaan. Pepatah mengatakan ”Buku gudangnya ilmu dan membaca adalah
kunci pembukanya”. Membaca sangat penting bagi kehidupan dan peradaban manusia,
karena membaca dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan berkomunikasi,
berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat.
Penerapan konsep belajar membaca di
kelas I pada awal Semester I adalah membaca permulaan, yaitu dimulai dengan
pengenalan huruf demi huruf secara alfabet, dari huruf vokal yaitu a, i, u, e,
dan o yang kemudian dirangkaikan dengan huruf-huruf konsonan (huruf mati)
sehingga menjadi sebuah kata yang berarti. Hal ini dilakukan oleh guru secara
bertahap dan berkala, sehingga diharapkan siswa mengenal dan mampu membaca
semua huruf pada akhir semester 1.
Metode bunyi ialah metode pengajaran yang
menyajikan bahan pelajaran bahasa dengan menampilkan huruf-huruf. Untuk huruf
konsonan dibantu dengan huruf pepet di depan atau di belakangnya. Misalnya
huruf ”b” dibada ”eb” atau ”be”, huruf ’d’ dibaca ’ed’ atau ’de’. Metode ini
disebut juga dengan metode eja.
Metode
ini akan membantu siswa merangkaikan huruf menjadi suku kata dan merangkaikan
susunan huruf menjadi kata.
Namun
pada kenyataannya tidak semua siswa mampu mengenal semua huruf-huruf yang
diajarkan oleh guru, bahkan lebih dari itu, masih banyak siswa yang belum mampu
merangkaikan huruf menjadi suku kata dan merangkaikan suku kata menjadi kata.
Hal ini disebabkan karena latar belakang siswa dari pendidikan keluarga, bukan
berpendidikan Taman Kanak-kanak. Keadaan demikian menyebabkan minat belajar
siswa dalam membaca masih kurang.
B. Penggunaan Metode Bunyi
a. Konsep Belajar Membaca
Permulaan
Pembelajaran
membaca di SD tidak dilaksanakan secara khusus, tetapi dilaksanakan dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran itu diberikan kepada siswa mulai dari
Kelas I sampai kelas VI oleh guru yang bertugas mengajar di kelas itu. Terdapat
perbedaan dalam pembelajaran antara pembelajaran membaca kelas di kelas I dan
II dengan pembelajaran membaca di kelas III, IV, V dan VI. Di kelas I dan II
pembelajaran membaca dan menulis dipadukan menjadi satu kegiatan pembelajaran
atau lazim diistilahkan dengan MMP (Membaca Menulis Permulaan). Di kelas III,
IV, V, dan VI pembelajaran MMP tidak dilaksanakan karena pembelajaran membaca
dan menulis sudah dipisahkan atau tidak dsatukan seperti di kelas I dan II.
Pengajaran
membaca permulaan bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan dasar yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk membaca bahasa Indonesia (Supriyadi, 1994 : 197).
Dalam
kegiatan pembelajaran membaca permulaan, yang menjadi sasaran pembelajarannya
adalah bagaimana siswa dapat cepat belajar membaca sehingga siswa dapat membaca
cepat. Untuk mencapai sasaran pembelajaran itu diperlukan metode-metode
pembelajaran membaca.
Ada
beberapa metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran membaca
permulaan. Metode-metode tersebut ialah :
a. Metode abjad/alfabet
b. Metode bunyi
c. Metode suku kata
d. Metode kata
e. Metode kalimat
f. Metode SAS
b. Metode Bunyi
Di
antara metode-metode pembelajaran tersebut, belum dapat ditentukan metode mana
yang paling baik dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia untuk membimbing
siswa agar dapat cepat membaca. Karena baik atau tidanya sebuah metode
pembelajaran baru diketahui setelah metode tersebut dipraktekkan di lapangan.
Berdasarkan
pengalaman di lapangan, metode bunyi lebih dapat membuat siswa membedakan bunyi
huruf, sehingga siswa lebih cepat dapat merangkaikan huruf menjadi suku kata
atau menjadi kata.
Metode
bunyi sebenarnya sama dengan metode abjad, bedanya terletak pada cara pelafalan
atau mengeja huruf. Metode abjad melafalkan huruf sebagaimana kita menyebut
abjad, misalnya :
B dilafalkan dengan be
D dilafalkan dengan de
Metode bunyi melafalkan huruf sebagaimana
bunyinya, misalnya :
B dilafalkan dengan eb atau be
D dilafalkan dengan ed atau de
Cara
belajar membaca dengan menggunakan metode bunyi adalah sebagai berikut :
i n i n
a n i
i en i ni ini en
a na en i ni nani
ini nani
c.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pelaksanaan Belajar Membaca Permulaan
Dalam
melaksanakan pengajaran membaca permulaan, hendaknya guru memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Tingkat Perkembangan Anak
Perkembangan
anak antara yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda baik secara fisik maupun
psikis. Ada yang berkembang cepat, sedang dan ada yang lambat. Anak usia
sekolah dasar pada umumnya memiliki kecenderungan untuk meniru serta besar
sekali perasaan ingin tahu terhadap sesuatu. Selain itu pada anak tersebut
terdapat potensi yang besar untuk mengembangkan bakat, minat dan kemampuan,
oleh karena itu guru hendaknya dapat memanfaatkan kesempatan itu untuk
mengembangkan bakat, minat dan kemampuan anak dengan memberikan dorongan serta
bimbingan sesuai dengan tingkat perkembangan.
2. Tingkat Kesiapan Anak
Tingkat
kesiapan anak dalam menerima pelajaran berbeda-beda. Anak kelas I yang berasal
dari TK tentu lebih siap menerima pelajaran daripada yang sama sekali belum
bersekolah. Untuk itulah hendaknya guru memberikan perhatian khusus kepada anak
yang belum siap agar segera menyesuaikan diri. Sedangkan anak yang sudah siap
hendaknya diberi kegiatan tambahan.
3. Sumber Bahan Pengajaran
Bahan
pengajaran diambil dari buku-buku atau guru juga dapat mengembangkan sendiri
dengan syarat atau kriteria sebagai berikut :
a. Bahan harus memupuk moral dan jiwa
Pancasila;
b. Sesuai dengan taraf perkembangan anak;
c. Berarti bagi siswa, misalnya bacaan
tentang permainan dan hal-hal dari dunia anak-anak;
d. Sesuai dengan perkembangan ilmu terakhir;
e. Dikorelasikan dengan mata pelajaran yang
lain;
f. Mendukung tujuan pembangunan;
g. Memenuhi tujuan pendidikan;
h. Menanamkan rasa kebangsaan.
4. Peralatan/perlengkapan
Alat
adalah sarana yang sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar, oleh karena itu guru hendaknya mempersiapkan peralatan dan
perlengkapan pengajaran Bahasa Indonesia. Peralatan/perlengkapan tersebut harus sesuai
dengan pokok bahasan yang akan diajarkan. Misalnya : kartu gambar, kartu nama,
gambar, kartu huruf, kartu suku kata, kartu kalimat, contoh tulisan baku, dan
lain-lain.
5. Keaktifan Anak
Dalam
kegiatan belajar mengajar hendaknya aktivitas siswa lebih banyak daripada guru.
Guru adalah pencipta kegiatan belajar siswa. Pemahamannya waktu melaksanakan
kegiatan belajar yang bersifat praktis. Untuk itulah dalam pengajaran Bahasa
Indonesia digunakan pendekatan dengan multi metode. Guru hendaknya berpegangan
pada pepatah ”lebih baik memberi kail daripada memberi ikan” dan ”saya
mendengar saya lupa, saya melihat saya ingat, dan saya mengerjakan saya
mengerti”.
6. Sikap Membaca yang Benar
Dalam
membaca perlu diperhatikan faktor kesehatan anak, di antaranya sikap duduk.
Sikap
duduk yang baik dalam membaca dan menulis yaitu :
-
Dada
tidak menempel pada meja.
-
Badan
tegak
-
Jarak
mata dengan buku antara 25-30 cm
Pada
tahap-tahap awal, terutama di kelas I, kreativitas siswa akan timbul melalui
bermacam-macam kegiatan dan permainan yang menarik (Resmini Novi, 2006 : 245).
Oleh karena itu pembelajaran harus disajikan dalam bentuk yang menarik agar
kreativitas siswa timbul.
C. Langkah-langkah Pembahasan
Kegiatan
pembelajaran membaca permulaan di kelas I sangat memerlukan persiapan yang
matang. Karena ketidaksiapan skenario pembelajaran akan membuat pengetahuan
siswa yang lama menjadi kabur karena pengetahuan baru yang tidak sesuai/tidak
berurutan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan diperlukan persiapan mengajar yang
dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Langkah-langkah membaca permulaan di kelas
I
a. Perencanaan
Program
Perencanaan dilaksanakan secara bertahap,
yaitu :
1. Mempelajari GBPP (pada Kurikulum 2006
disebut Silabus)
2. Membuat program Cawu (pad Kurikulum 2006
disebut Program Semester)
b. Persiapan
Persiapan dapat tertulis atau
tidak tertulis. Persiapan tertulis dapat berbentuk Satuan Pelajaran (SP),
sedangkan yang tidak tertulis antara lain penguasaan materi, alat/perlengkapan
mengajar, kesiapan mental guru dan siswa serta organisasi kelasnya.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan proses belajar mengajar
permulaan jangan terpaku pada satu metode saja, boleh menggunakan beberapa
metode, yang penting sesuai dengan situasi dan kondisi serta sesuai dengan
materi yang akan diajarkan. Agar materi dapat dipahami, dihayati dan bermakna
bagi siswa didik, hendaknya digunakan pendekatan dan metode yang sesuai
(Resmini Novi, 2006 : 262)
Dalam pelaksanaan
pembelajaran, pada suatu keadaan tertentu diperlukan metode-metode lain sesuai
dengan kebutuhan. Namun pembelajaran harus tetap didasarkan pada satu metode.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kekacauan pada pemahaman siswa.
Pengajaran membaca
permulaan dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu membaca tanpa buku dan
membaca menggunakan buku. Pengajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung
pada semester 1, kira-kira 8 sampai 10 minggu.
Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
- Guru
menunjukkan gambar sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ibu, seorang anak
perempuan dan seorang laki-laki. Fungsi penampilan gambar itu sangat penting
untuk menarik perhatian anak.
- Guru
menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama gambar-gambar itu. Ibu disebut
mama atau mami, anak perempuan disebut nani, dan anak laki-laki tersebut
disebut nana.
- Setelah
menyimak cerita guru tentang keluarga itu, siswa disuruh menceritakan kembali
dengan bahasanya sendiri.
- Setelah
anak mengenal nama-nama anggota keluarga berikutnya di bawah gambar diberi
tulisan sesuai dengan gambar, sekarang mulai kita kenalkan kepada huruf.
- Setelah
siswa mengenal huruf-huruf yang ada dan cara membacanya, gambar-gambar itu
mulai kita singkirkan.
Guru membuat
bacaan sederhana misalnya :
Ini mama
Ini nani
Ini mama nani
Ini mama nana
Agar siswa lebih mudah mengingat materi
yang diajarkan, siswa diajak untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar
mengajar membaca. Untuk itu dapat ditempuh cara-cara di bawah ini:
-
Mengenal
unsur kalimat (kata) dengan cara seperti contoh berikut :
ini
|
nani
|
|
ini
|
.........
|
nani
|
|
ani
|
ini
|
........
|
|
nina
|
.........
|
........
|
|
nani
|
Kegiatan siswa mengisi kolom-kolom kosong
dengan kata-kata yang telah disediakan, kemudian membacanya.
- Mengenal unsur kata (suku kata) dengan cara
seperti contoh berikut :
mama
|
nani
|
|
ma
|
na
|
ni
|
ma....
|
.....ni
|
|
ma
|
na
|
|
.....na
|
na.....
|
|
|
|
|
..... ....
|
..... .....
|
|
|
|
|
- Mengenal unsur kata (huruf) dengan cara seperti berikut :
ma
|
ma
|
|
m
|
a
|
||
m
|
a
|
m
|
a
|
|
m
|
a
|
.....
|
a
|
m
|
a
|
|
|
|
.....
|
.....
|
m
|
a
|
|
|
|
.....
|
.....
|
.....
|
a
|
|
|
|
.....
|
.....
|
.....
|
.....
|
|
|
|
Kegiatan ini dilaksanakan seperti nomor a
dan b tetapi alat peraga digunakan kartu huruf, selain itu anak juga dilatih
untuk melafalkan bunyi huruf dengan benar.
Menguraikan suku kata menjadi bunyi huruf-huruf.
Guru :
ma (suku kata ini diucapkan panjang dan m didengungkan).
Siswa :
m (panjang)
Guru :
lalu?
Siswa :
a (panjang)
- Merangkai huruf menjadi kata seperti contoh
Tugas-tugas
di atas dilaksanakan secara perorangan, berpasangan atau berkelompok apabila
perlu dibuat perlombaan.
Pengenalan
huruf dan bunyi hendaknya diberikan latihan sebanyak mungkin, karena dengan
banyak memberikan latihan siswa akan lebih cepat mengenal huruf dan bunyinya.
Dengan demikian siswa akan lebih mampu cepat membaca.
Pengajaran
membaca tanpa buku mencakup pengenalan materi (huruf-huruf) pada semester 1.
Latihan-latihan
seperti di atas hanya merupakan contoh dan diharapkan guru dapat mengembangkan
lebih lanjut.
Resmini Novi (2006 : 264)
mengemukakan bahwa setelah siswa mengenal huruf-huruf melalui membaca tanpa
buku, siswa kita dihadapkan pada tulisan pada buku. Belajar membaca permulaan
dengan menggunakan buku hendaknya dapat menimbulkan kegembiraan siswa untuk
membaca. Oleh karena itu guru hendaknya mampu menggunakan cara yang dapat
menarik minat baca siswa.
Selanjutnya menurut
Supriyadi (1994 : 197) mengemukakan : pengajaran dapat dibantu oleh media lain
seperti kartu-kartu kalimat, kartu-kartu kata, kartu-kartu huruf, papan planet,
atau papan tali. Kartu dapat
dibuat dari karton manila dengan ukuran lebar 5 cm. Huruf ditulis besar dan
jelas. Agar menarik perhatian siswa, buatlah tiap karton dengan warna yang
berbeda.
Pembelajaran
membaca permulaan di kelas I Sekolah Dasar harus berpegang pada prinsip-prinsip
belajar yang menyenangkan agar materi yang disampaikan lebih melekat dalam
ingatan siswa. Proses pembelajarannya harus diatur dan dipersiapkan sedemikian
rupa dalam sebuah skenario pembelajaran yang selanjutnya dituangkan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
D. Pengaruh Penggunaan Metode Bunyi
Untuk mencapai tujuan belajar membaca
permulaan, tentunya tidak hanya cukup dengan metode saja tetapi diperlukan pula
faktor-faktor penunjang lainnya. Namun tidak dihindari bahwa metode merupakan
hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Penggunaan
metode bunyi memberikan beberapa pengaruh terhadap siswa, di antaranya :
-
Siswa
lebih dapat membedakan bunyi sebuah huruf.
-
Siswa
lebih mudah merangkaikan huruf menjadi suku kata
-
Siswa
lebih terampil merangkaikan suku kata menjadi kata
- Siswa
lebih mudah mengembangkan bahan pembelajaran (merangkaikan suatu huruf yang
diajarkan dengan huruf lain)
-
Proses
pembelajaran yang menggunakan metode bunyi dalam membaca permulaan membuat
siswa lebih kreatif, aktif dan kritis terhadap materi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous,
(2003) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Indra
SD., (2002) Menuju Masyarakat Belajar (Menggagas Paradigma Baru Pendidikan).
Jakarta : Paramadina.
Novi R., (2006) Pembinaan dan Pengembangan
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : Depdikbud.
Supriyadi
(1994) Pendidikan Bahasa Indonesia-2. Jakarta : Universitas
0 komentar:
Posting Komentar