PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Rabu, 11 September 2019
MENGATASI ANAK YANG TIDAK MAU BELAJAR DI KELAS
A. Pengantar
Anak adalah tunas bangsa yang
sangat berharga dan menjadi tumpuan harapan di masa depan. Melihat tunas-tunas
itu tumbuh dengan baik, pastilah amat membahagiakan. Akan tetapi pada
kenyataannya banyak ditemukan juga bahwa tidak semua hal berjalan sesuai dengan
harapan dan rencana apalagi ketika mulai muncul berbagai perilaku yang tidak
diharapkan. Bagi anak di TK kebutuhan sosial merupakan suatu syarat untuk
pertumbuhan jiwa anak. Kebutuhan sosial ini tidak dapat terpenuhi sekedar
mempersatukan anak yang sebaya dalam satu kelas untuk mcndengarkan
uarian-uraian guru. Yang dibutuhkan oleh anak adalah seorang guru yang dapat
mengerti dan menyayangi mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Anak adalah individu yang
memiliki potensi (potensial ability)
yang dapat dikembangkan melalui layanan pendidikan. Potensi seseorang akan
bermakna bagi kehidupannya, manakala potensi tersebut diwujudkan dalam
kemampuan nyata (actual ability).
Dalam hal ini, pendidikan pra sekolah adalah suatu upaya awal dalam
mengembangkan potensi anak menjadi kemampuan nyata. Proses pengembangan
kemampuan potensial menjadi kemampuan nyata pada anak tidak berjalan dengan
sendirinya, akan tetapi membutuhkan stimulasi dari lingkungan, yakni dalam
bentuk intervensi pendidikan. Dalam pandangan psikologi pendidikan, dijelaskan
bahwa perkembangan optimal pada individu memerlukan dua syarat utama, yakni
kematangan (maturation) dan
intervensi pendidikan yang sesuati dengan kapasitas, karakteristik, dan potensi
anak. Dalam hal inilah, layanan pendidikan bagi anak-anak pra sekolah memiliki
dasar pedagogis yang kuat. Tentunya pendidikan bagi anak pra sekolah perlu
diberikan sesuai dengan fase-fase perkembangan. Kesalahan dalam pola
pembelajaran di jenjang pra sekolah akan menghambat kelanjutan perkembangan
anak di jenjang pendidikan selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, maka guru memegang peran yang sangat sentral
dalam seluruh proses belajar mengajar. Guru harus mampu mewujudkan perilaku
mengajar secara tepat agar menjadi contoh yang efektif bagi diri siswa. Di
samping itu guru dituntut pula untuk mampu menciptakan situasi belajar mengajar
yang kondusif serta guru dituntut untuk mempu meningkatkan kualitas belajar
para peserta didik (murid) dalam bentuk kegiatan belajar yang sedemikian rupa
agar dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif, pekerja
yang produktif, dan anggota masyarakat yang baik.
Dalam perkembangan
selanjutnya, terkadang dalam usaha untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar
melalui pendidikan yang ia usahakan, guru memperoleh berbagai hambatan yang
tidak sedikit yang pada akhirnya dapat menimbulkan kesulitan bagi anak didik
itu sendiri untuk memperoleh apa yang mereka harapkan melalui pendidikan
tersebut. Salah satu di antara hambatan tersebut adalah anak (siswa) tidak mau
belajar di kelas, dan hanya ingin terus bermain di luar kelas. Kalaupun mau
masuk kelas, ia selalu mengganggu dan mengajak temannya untuk bermain.
B. Pembahasan Masalah dan
Pemecahannya
Dalam
proses belajar mengajar, guru kadang menjumpai anak-anak didik terlihat
lesu atau bahkan tidak konsentrasi dalam belajar. Sehingga dampak yang paling
buruk adalah anak-anak malah ngobrol sama temannya atau main seenaknya sendiri.
Bahkan yang lebih parah lagi, anak tidak mau masuk kelas dan hanya ingin
bermain-main di luar kelas. Mungkin setiap pengajar juga pernah mengalami hal
demikian. Apa langkah guru selanjutnya apabila menjumpai anak didik terlihat
bosan dan malas belajar, tetapi sebaliknya, ia sangat bersemangat untuk bermain?
Ada
beberapa hal yang mesti dilakukan oleh guru dengan kejadian seperti ini. Hal
ini seperti ini seharusnya menjadi bahan pemikiran bagi guru sendiri, sehingga
tujuan pendidikan bagi anak usia dini tidak terabaikan. Dunia anak adalah dunia
bermain, sehingga dengan demikian perlu dipikirkan dan dikembangkan bagaimana
agar pendidikan anak di dalam kelas tidak menjadikan anak kehilangan dunianya.
Berdasarkan
hal tersebut, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan agar anak mau belajar
di dalam kelas, sekaligus memperoleh dunianya ketika ia belajar. Di antara
hal-hal tersebut yaitu:
1. Metode
belajar sambil bermain
Mungkin
kita sebagai guru terlalu banyak memberikan materi pelajaran yang terlalu
serius. Untuk yang satu ini, semua pendidik anak usia dini pasti tahu.
Menggunakan metode belajar sambil bermain adalah suatu hal yang mutlak untuk
diterapkan. Misalnya mengajarkan penjumlahan dengan cara menghitung jumlah
pintu di sekolah, jumlah kursi di kelas, dan masih banyak cara yang lain.
Anak-anak
memang pribadi yang cepat bosan. Apalagi bila mereka duduk di tempat yang
itu-itu saja. Kita sebagai guru bisa mengubah posisi tempat duduk tiap anak
setiap minggu atau setiap dua minggu, supaya anak bisa akrab tidak hanya dengan
teman yang itu-itu saja, malainkan dengan setiap anak. Kita juga bisa mengubah
posisi tempat duduk. Tidak hanya melulu anak harus menghadap papan tulis,
kadang kita juga bisa mengubah formasi tempat duduk menjadi sebuah
lingkaran dan kita mengajar di tengah, kadang hanya memakai karpet, dan masih
banyak lagi.
3. Adakan
kegiatan outdoor
Kegiatan
outdoor ini tidak berarti hanya main-main
di luar kelas. Alangkah lebih baik bila kita juga sudah menyiapkan sebuah
materi pelajaran yang menarik untuk anak-anak. Misalnya cara menanam pohon
ketela, cara menanam tanaman cabe, dan masih banyak lagi.
4. Belajar
sambil bernyanyi
Kegiatan
bernyanyi memang sangat diminati oleh anak-anak. Sebelum memulai memberikan
materi, alangkah lebih baik bila kita mengajak anak-anak untuk bernyanyi
terlebih dahulu. Lagu bisa berfungsi ganda, yaitu bisa membangkitkan mood anak-anak, dan sebagai reminder. Remider yang dimaksud adalah agar anak-anak bisa lebih mudah dalam
menyerap materi ilmu yang akan kita berikan, dan agar anak-anak lebih mudah
mengingat materi pelajaran yang telah kita berikan (setelah selesai mengajar,
anak-anak menjadi lebih mudah mengingatnya kembali). Misalnya sebelum kita
mengajarkan anak-anak materi pengenalan huruf, kita ajak anak-anak menyanyikan
lagu ABC.
5. Belajar
sambil mendongeng
Mendongeng
tidak hanya berfungsi sebagai peningkat kecerdasan imajinasi anak, namun dengan
mendongeng, ternyata kita juga bisa memberikan suatu materi pelajaran. Misalnya
pada saat kita mendongeng tentang seekor bebek, kita bisa menyelipkan materi
pelajaran pengenalan angka dengan cara membuat angka dua menjadi seekor bebek. Selagi anak-anak asyik mendengar cerita
kita, anak-anak pun bisa belajar mengenal angka.
6. Belajar
sambil menari / bergerak
Sambil
menari pun kita bisa mengajar anak-anak, meskipun tidak setiap guru pandai
menari, akan tetapi setidaknya dapat mencoba memberikan contoh. Misalnya dengan
sebuah lagu Belajar Berhitung yang diiringi oleh tarian. Dengan lagu ini,
anak-anak tidak hanya bisa menari atau bergerak, tapi juga bisa belajar berhitung
lewat lagu tersebut.
7. Menggambar
/ mewarnai sambil belajar
Untuk
yang satu ini, kita bisa mengajak anak-anak untuk menulis A sampai Z, di sebuah
kertas gambar, lalu mendekorasi di bagian-bagaian yang kosong lalu mewarnainya.
Atau bila anak-anak belum bisa menulis, kita bisa menyiapkan kopian
gambar-gambar huruf, lalu meminta anak untuk mewarnainya, dan mendekorasi
bagian kertas yang kosong.
8. Menghafal
kata sambil bertepuk tangan
Dengan
bertepuk tangan kita tidak hanya bisa meningkatkan kecerdasan motorik anak,
namun juga bisa mentransfer ilmu. Misalnya dengan mengajak anak-anak untuk
menyebutkan kata-kata dengan satu, dua, atau tiga suku kata. Lalu mengajak
mereka untuk bertepuk tangan saat mengucapkannya. Misalnya: ru - mah, diucapkan
dengan cara bertepuk tangan sebanyak dua kali seiring dengan suku kata yang
diucapkan.
9. Free Time
Mungkin
karena terlalu banyak kegitan yang kita buat untuk anak-anak, anak-anak menjadi
malas belajar. Free Time atau waktu
bebas juga sangat penting. Hal ini dilakukan agar anak-anak bisa merasa “bebas”
dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk bereksplorasi secara bebas, dan
mencegah ketegangan. Free time bisa
dilakukan di dalam ruangan (bermain lego, balok, dll) ataupun di luar ruangan
(main ayuanan, mobil-mobilan, dll).
10. Mengatasi
masalah kita sendiri
Sadar
atau tidak sadar, kadang hal yang membuat anak-anak menjadi bosan belajar
adalah karena diri kita yang kurang bisa membawa anak-anak pada suasana belajar
yang ceria. Kalau itu
masalahnya, tentu lain soal lagi dan tentu saja lain solusinya. Dan untuk
masalah seperti ini, kita sebagai guru harus mampu mengatasinya tanpa harus
mengorbankan anak sebagai peserta didik.
Langkah-langkah
di atas merupakan sebagian langkah dari banyak langkah yang mungkin dapat
diterapkan dalam pembelajaran, dalam upaya mengatasi permasalahan sulitnya anak
diajak untuk belajar di dalam kelas dan hanya ingin bermain-main (di luar
kelas).
Permasalahan
yang muncul di dalam kelas merupakan hal yang biasa terjadi, karena dengan
permasalahan tersebut, guru dalam melakukan perbaikan dan inovasi dalam
pembelajaran yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (1991). Ilmu Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. (1971).
Psikologi Pendidikan. Yogyakarta :
CV. Rajawali.
Arikunto, Suharsimi.
(1992). Pengelolaan Kelas dan Siswa
Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta : Rajawali.
Coughlin, et al. (1992). Menciptakan Kelas yang berpusat pada Anak.
Terjemahan. Washington DC: Children’s Resources International,Inc.
Depdiknas. (2002). Acuan Menu Pembelajaran Pada Kelompok
Bermain. Jakarta:
Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak
Usia Dini.
Depdiknas. (2006). Pedoman Penerapan Pendekatan Sentra dan
Lingkaran (BCCT) dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas.
Ibrahim, R & Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka
Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar