WANITA DALAM PANDANGAN ISLAM

Jumat, 06 September 2019


KEDUDUKAN WANITA DALAM ISLAM

A.   Islam dan Wanita
               Sebelum lahirnya agama Islam kaum wanita sama sekali tidak berharga dan dipandang sebagai barang atau benda yang bisa diwariskan juga seperti benda lainnya. Malahan pada jaman jahiliyah, ada suatu masa di mana orang laki-laki merasa hina jika istrinya melahirkan anak perempuan, lalu dikuburnya hidup-hidup. Semua orang telah mendengarkan cerita ini sebab seringkali disebut-sebut dalam ceramah-ceramah sebagai ciri-ciri jaman jahiliyah yang kejam itu.
               Maka datanglah agama Islam, mengangkat derajat kaum wanita dari anggapan sebagai barang yang tidak berharga hingga kepada sebagai manusia yang punya hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam batas-batas tertentu. Dan inilah emansipasi yang mula-mula sekali diproklamasikan oleh manusia pilihan Tuhan Nabi Muhammad SAW.
               Dalam waktu yang relatif singkat, kaum wanita Islam memperoleh kemerdekannya sebagai manusia. Sehingga pada suatu hari Umar bin Khattab telah menegur Nabi Muhammad SAW. yang dianggapnya sebagai orang yang menyebabkan wanita-wanita Arab jadi berani, padahal selama ini mereka sangat takut dan patuh kepada suami-suami mereka.
               Tetapi sebaliknya dengan wanita-wanita lain pada umumnya di seluruh dunia, bahkan pada abad-abad terakhir masih saja dimusyawarahkan kedudukannya sebagai manusia yang syah. Mereka dihina dan dinajiskan, tidak boleh beragama, membaca kitab suci dan tidak dapat masuk syurga.
               Di luar Islam wanita-wanita direndahkan, seperti atau sebagai benda yang tidak bisa dan tidak sanggup berbuat apa-apa. Terkadang mereka dimuliakan, disanjung, dipuja, di tempat yang tidak semestinya. Mereka dilayani sehingga tidak ubahnya dengan benda atau patung yang tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka dimanjakan, sehingga untuk mengambil atau memungut sapu tangannya pun selalu berlomba-lomba lelaki yang hendak menawarkan jasanya. Dan di sana yang demikian dinamakan etika.
               Banyak lain-lainnya lagi yang kemudian dihapuskan adat dan kebiasaan demikian itu oleh kebiasaan-kebiasaan Islam yang sederhana.
               Agama Islam telah datang dengan tugas antara lain untuk mengangkat derajat kaum wanita, dan jurang kehinaan, dan didudukkannya di tempat yang layak baginya. Islam tidak akan menempatkan wanita di tempat yang hina sebagai budak yang najis. Bukan pula di tempatkan di dalam gudang sebagai barang yang tidak berharga sama sekali. Bukan pula ditempatkan di tempat yang tinggi di kahyangan sebagai patung dewi yang dungu, untuk disanjung dan dipuja, dan diletakkan di sudut istana sebagai hiasan kamar.
               Islam memandang wanita sebagai makhluk manusia biasa bukan dewa, sebagaimana firman Allah SWT. yang tercantum dalam surat Al-Hujurat ayat 13 yang menegaskan bahwa Allah SWT. menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan wanita. Firman Allah ini menegaskan bahwa laki-laki maupun wanita adalah manusia biasa, bukan dewa sebagaimana pandangan orang yang mendewakan wanita. Demikian pula wanita bukan sebagai alat untuk pelampiasan nafsu birahi laki-laki, tetapi sebagaimana firman Allah tersebut adalah sebagai teman hidup untuk saling berkenalan satu sama lainnya.
               Islam memandang wanita adalah wanita bukan laki-laki yang memiliki kondisi dan sifat-sifat tersendiri sebagaimana firman Allah yang tersebut di atas, Allah menciptakan laki-laki dan wanita, hal itu berarti laki-laki ya laki wanita ya wanita yang satu sama lain tidak sama rata kondisi sifat-sifatnyapun berbeda. Pada umumnya kondisi dan sifat-sifat kaum laki-laki lebih kuat dari kaum wanita, karena itu Allah memberikan tanggungjawab kepada laki-laki sebagai pembela kaum wanita. Adapun dan sifat-sifat kaum wanita adalah lemah lembut karena itu Allah menjadikan wanita sebagai pengimbang kaum laki-laki dalam kehidupan di dunia ini. Menurut pandangan Islam kedudukan wanita sebagai makhluk Allah sama derajatnya dengan kedudukan laki-laki. Kalau dilihat dari segi kehambaan antara laki-laki dan wanita di sisi Allah, maka sesungguhnya Allah tidak membeda-bedakan, keduanya sama-sama berhak masuk syurga, sama-sama diperbolehkan beramal dan beribadah, mengabdi kepada masyarakat dan agama, mengecap pendidikan dan pengajaran, memimpin dan berpolitik, berjuang dan turut serta ke medan perang dan lain sebagainya. Akan tetapi sama derajatnya bukan berarti pula sama rata dalam hak dan kewajibannya sebagaimana yang direalisasikan oleh masyarakat barat.
               Adanya perbedaan kedudukan kaum wanita dan kaum laki-laki dalam Islam terutama dalam hak dan kewajiban adalah wajar jika dilihat dari kondisi dan sifat-sifat yang dimiliki oleh kedua makhluk manusia itu. Namun perbedaan itu bukan berarti dikonfrontasikan antara satu dengan lainnya, tetapi untuk dipertemukan sehingga terciptalah antara kaum laki-laki dengan kaum wanita saling mengasihi dan saling mencintai, tolong menolong dan bantu membantu sebagaimana yang dikehendaki Allah.

B.   Kedudukan wanita dalam Islam
        Wanita adalah Aurat
               Aurat adalah bagian atau anggota tubuh yang harus ditutup agar tidak dilihat orang, kecuali kepada orang-orang yang tidak dilarang oleh agama untuk melihatnya. Maka jika dikatakan oleh Nabi bahwa wanita itu adalah aurat maksudnya tidak lain adalah bahwa wanita harus tertutup dari pandangan orang-orang yang tidak berhak, tidak dibenarkan oleh ajaran Islam untuk memandangnya.
               Ini tidak berarti bahwa wanita harus dipingit di rumah saja. Sampai pucat pasi mukanya sebab tidak kena sinar matahari. Tetapi juga tidak boleh keluar dengan bebasnya untuk memamerkan diri dan perhiasannya dengan maksud untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Islam hanya membenarkan kepada wanita untuk memamerkan perhiasannya kepada orang yang berhak atas dirinya yaitu suaminya.
               Dari itu wanita-wanita Islam berkewajiban untuk mengisyaratkan anak-anak kita, saudara-saudara kita, yang telah terlihat dalam krisis akhlak ini dengan memberi mereka nasihat-nasihat yang berguna. Marilah kita berusaha, berikhtiar dan bekerja keras untuk itu. Jika kita ini adalah ibu-ibu, maukah kita pergunakan pengaruh kita terhadap suami dan anak-anak kita, agar supaya mereka tidak terus menerus berlarut-larut berkecimpung dalam lumpur kemaksiatan. Kalau kita sebagai guru, marilah kita gunakan wibawa kita atas anak-anak didik kita supaya mereka tidak terus melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela dan terlarang menurut ajaran agama Islam. Dan kita adalah ketua atau aktivis organisasi, marilah kita gunakan kesempatan ini untuk mencari kerelaan Allah sebelum azab-Nya datang dan menimpa kita. Jagalah diri kita jangan sampai terseret ke jurang yang merugikan.
               Islam memandang wanita sebagai makhluk yang harus dihormati dan bukan untuk direndahkan dan dihinakan. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW. ketika ditanya oleh seorang tentang siapakah orang yang harus dihormati, ketika itu Nabi menjawab bahwa orang yang harus dihormati terlebih dahulu (diucapkan sampai tiga kali oleh Nabi) adalah Ibu (kaum wanita) dan setelah itu barulah ayah (kaum laki-laki). Demikian pula sesuai dengan hadits nabi sebagaimana yang tercantum dalam riwayat Ahmad Al Qadhay dan Al Khatib bahwa Syurga berada di bawah telapak kaki ibu (kaum wanita). Kesemuanya ini menandakan betapa Islam menghormati kedudukan kaum wanita.
               Alangkah hinanya perempuan atau wanita yang menjadi model dan pemegang peranan dalam film cabul itu. Alangkah hinanya wanita yang seharusnya berperasaan halus dan pemalu itu, tetapi kini perasaan dan sifat mulia itu telah terbuang jauh-jauh, hanya untuk mengejak kemewahan dan nafsu angkara dengan berkedok emansipasi.
               Maka sebelum terlambat sebelum menimpa kita semua, marilah generasi kita ini kita selamatkan. Dengan bersungguh-sungguh kita usahakan berakhirnya kerusakan itu secepat mungkin. Setidak-tidaknya hanya sampai di sini saja kerusakan itu, jangan berlarut-larut sampai kita wariskan kepada generasi yang akan datang.
               Maka dari itu saya anjurkan kepada kaum wanita Indonesia, khususnya kaum muslimah untuk meniru kesadaran wanita-wanita yang telah berupaya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan berbuka aurat dengan menggunakan busana-busana yang menutupi aurat.

        Wanita adalah Tiang Negara
               Sesungguhnya tidak ringan tugas yang diembankan Allah kepada kaum wanita di dalam rumah tangganya. Di samping kewajibannya mengurus dan menyelenggarakan rumah tangga, harta dan diri suaminya, dia juga harus dan berkewajiban mendidik putra-putranya. Salah dalam mengasuh anak-anak mereka, mereka bisa menjadi anak-anak berandalan.
               Itulah sebabnya Nabi Muhammad SAW. telah bersabda bahwa Syurga itu di bawah kaki para ibu. Yakni orang-orang yang akan masuk syurga itu adalah merupakan hasil didikan para ibu-ibu. Pengaruh didikan ibu di masa kecil putra-putranya akan jadi dasar atau pedoman yang kuat dalam diri putra-putranya itu sendiri, dalam memasuki hari depan yang masih gelap bagi mereka itu.
               Jika dijadikan yang mendasari akhlak anak tersebut salah, maka anak itu akan menjadi anak-anak yang nakal, pembohong, pemabuk, penjudi, penzina atau orang yang suka melakukan kejahatan-kejahatan lainnya. Dengan demikian anak itu atau orang itu tidak dapat menjadi anak mulia yang nantinyapun tidak dapat masuk syurga.
               Kita telah sama-sama maklumi bahwa tipe khas seorang wanita haruslah berperan sebagai seorang ibu yang ikhlas dan halus serta lemah lembut budi pekertinya. Sungguh sayang jika sifat-sifat manusia ini harus hilang. Kalau rasa malu itu telah hilang maka harga diri wanita itu jadi murah sekali. Sehingga bentuk tubuh wanita itu kini telah dipertontonkan tanpa sehelai benangpun di muka umum. Dibuat alat untuk mencari uang dan pemuas nafsu laki-laki hidung belang.
               Mungkinkah wanita yang telah hilang rasa malunya itu bisa mendidik anak-anaknya? Terutama putri-putrinya dengan menjadikan yang baik dan mulia. Jika seorang ibu sudah gagal dalam membentuk manusia berakhlak maka akan terus menerus berlarut-larut sampai ke anak cucunya. Semuanya akan menjadi manusia-manusia yang kotor. Dan dipekerjakan atau perbuatan orang yang kotor ini tidak sama dengan perbuatan orang-orang ahli syurga.
               Orang-orang yang kotor itu yaitu orang-orang yang berani melanggar hukum agama dan hukum negara, seperti pencurian, penggarongan, pemitnahan, perusak rumah tangga orang dan sebagainya. Semuanya itu tidak dapat menjadi anak atau orang yang menjadi calon ahli syurga. Pendidikan dasar orang-orang itu adalah dari ibu. Itulah sebabnya syurga itu dikatakan terletak di bawah telapan kaki ibu. Sebab manusia-manusia yang memperoleh pendidikan yang baik dari ibunyalah yang kelak bisa menjadi manusia-manusia ahli syurga.
               Untuk menjadi ahli syurga, amal orang-orang itu haruslah baik. Perbuatan ahli syurga tidak akan melanggar dan merusak hukum-hukum yang berlaku di atas dunia kesopanan. Tidak akan bertentangan dengan hukum yang berlaku di negara yang berketuhanan Yang Maha Esa seperti Indonesia.
               Dalam Islam, ada jabatan-jabatan penting yang tidak dikaruniakan Allah kepada kaum wanita, seperti jabatan kenabian dan kerasulan. Demikian pula jabatan imam dalam shalat berjamaah (dengan laki-laki) dan jabatan sebagai khalifah dalam pemerintahan, baik yang dilakukan sendiri maupun bersama kaum laki-laki. Di sinilah kelebihan yang diberikan Allah kepada kaum laki-laki sesuai dengan firman Allah yang tercantum dalam surat An-Nisa ayat 34. meskipun demikian bukan berarti bahwa wanita itu kalah dengan kaum laki-laki, merekapun tidak kalah dengan kaum laki-laki dalam berbagai bidang. Dalam sejarah telah dibuktikan betapa banyak kaum wanita yang melebihi kaum laki-laki baik dalam bidang ilmu pengetahuan, politik kenegaraan, sosial kemasyarakatan, sosial ekonomi dan sosial budaya. Kekurangan yang ada pada diri kaum wanita tidak akan mengurangi derajat kaum wanita sebagai hamba Allah karena masih banyak jabatan-jabatan penting yang dapat dipegangnya sesuai dengan kondisi dan sifat-sifat yang dimilikinya. Wanita dengan kondisi dan sifat-sifatnya itu dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh kaum laki-laki, seperti mengatur rumah tangga, merawat anak-anak. Inilah kelebihan yang diberikan Allah kepada kaum wanita. Oleh karena itu seorang tidak boleh iri hati atas kelebihan yang dimiliki oleh orang lain, karena pada dirinya sendiri sebenarnya ada kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Noer Syam, ”Pengantar Dasar-dasar Kependidikan”, FKIP Malang. 1987.

Materi Diklat ”Pengembangan Kreativitas Anak” Depdiknas 2007.

Munawar Rahmat dkk., ”Seminar Pendidikan Agama Islam” UPI Press 2006.

Majalah Al-Muslimun Nomor 159.

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP