PERBANKAN
Jumat, 06 September 2019
PENERAPAN
PENGINTEGRASIAN KERJA
BANK RAKYAT INDONESIA
A. Latar Belakang
Perubahan-perubahan fundamental dalam lingkungan bisnis termasuk
dalam bisnis perbankan telah mengakibatkan perubahan dramatis pada sifat-sifat
penting sistem sumber daya manusia (SDM) dan menunjukkan makin pentingnya SDM
bagi bisnis. Dampak lain adalah meningkatnya ketidakpastian yang berhubungan
dengan isu-isu SDM (people issue).
Pesatnya perkembangan teknologi, pergeseran demografi, fluktuasi ekonomi, dan
kondisi dinamis menyebabkan lingkungan bisnis menjadi penuh ketidakpastian,
semakin kompleks, dan cepat berubah. Menghadapi kondisi tersebut, setiap
organisasi dituntut untuk segera berubah dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan yang makin kompetitif melalui transformasi organisasi.
Pelaksanaan proses transformasi perusahaan untuk meraih keunggulan kompetitif didukung
oleh sumber-sumber keunggulan kompetitif yang meliputi sumber daya fisik,
sumber daya finansial, struktur dan sistem proses organisasi, dan sumber daya
manusia (SDM). Namun demikian SDM merupakan sumber keunggulan kompetitif yang
utama karena pengelolaan sumber keunggulan lain secara otomatis memerlukan
penanganan dari SDM yang ada. Keterlibatan SDM sangat menentukan kesuksesan proses
perubahan organisasi karena SDM merupakan subyek penting yang akan melaksanakan
proses perubahan dan hasil dari proses perubahan yang direncanakan (Moran dan
Brightman, 2000).
Untuk menunjang kesuksesan perusahaan diperlukan
pengintegrasian fungsi SDM melalui praktek-praktek SDM dalam strategi bisnis
perusahaan. Pemilihan dan penerapan strategi bisnis yang tepat akan sangat
ditentukan oleh kualitas SDM yang berperan penting dalam kegiatan operasional
perusahaan, merencanakan dan melaksanakan strategi bisnis yang ditetapkan.
Pengintegrasian fungsi SDM dalam perencanaan strategi bisnis ini dimaksudkan
untuk memberdayakan SDM yang dimiliki dalam pengelolaan berbagai unit kerja
dalam organisasi agar proses pengelolaan sumber-sumber daya tersebut dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.
Dengan persaingan
bisnis perbankan nasional
yang ketat
saat ini, salah satu bank pemerintah terkemuka
saat ini, yaitu Bank Rakyat
Indonesia sedang
berbenah untuk memperbaiki segala kekurangan, baik dari
sumber daya manusia, teknologi, dan pelayanannya. BRI
merupakan
bank komersial yang bergerak
di bidang
usaha kecil, mikro dan menengah.
Seiring dengan
perkembangan dunia
perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini
Bank Rakyat Indonesia
mempunyai unit
kerja yang
berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat
BRI,
12 Kantor Wilayah, 12
Kantor Inspeksi
/SPI,
170
Kantor
Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1
New York Agency,
1 Caymand Island
Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong,
40 Kantor Kas Bayar,
6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.
Untuk menjadi
bank
terkemuka pada saat ini Bank Rakyat
Indonesia sedang gencar-gencarnya untuk untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja
yang sering disebut dengan performance
atau result oleh Rivai & Fawzi (2004) didefinisikan sebagai hasil atau tingkatan keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama, salah satunya dengan meningkatkan produktifitas kerja. Kinerja
pada
individu merupakan
bagian dari keseluruhan target unit kerja sehingga mendukung
target unit kerja.
B. Pentingnya Pengintegrasian
Pengintegrasian (integration) ialah fungsi operasional manajemen personalia yang terpenting, sulit dan kompleks untuk merealisasikannya. Hal ini disebabkan karena karyawan/manusia bersifat dinamis dan mempunyai pikiran, perasaan, harga diri, sifat, serta membawa latar belakang, perilaku, keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda dalam organisasi perusahaan.
Karyawan tidak dapat diperlakukan seenaknya seperti
menggunakan faktor-faktor produksi lainnya (mesin, modal atau bahan baku).
Karyawan juga harus selalu diikutsertakan dalam setiap kegiatan serta
memberikan peran aktif untuk menggunakan alat-alat yang ada. Karena tanpa peran
aktif karyawan, alat-alat canggih yang dimiliki tidak ada artinya bagi
peruashaan untuk mencapai tujuannya. Tujuan perusahaan hanya dapat dicapai jika
para karyawan bergairah bekerja, mengerahkan kemampuannya dalam menyelesaikan
pekerjaan, serta berkeinginan untuk mencapai prestasi kerja yang optimal.
Jika karyawan kurang berprestasi maka sulit bagi organisasi perusahaan dapat memperoleh hasil yang baik. Hal ini mengharuskan pemimpin menggunakan kewenangannya untuk mengubah sikap dan perilaku karyawan supaya mau bekerja giat serta berkeinginan mencapai hasil yang optimal.
Pengintegrasian adalah kegiatan menyatupadukan keinginan
karyawan dan kepentingan perusahaan, agar tercipta kerja sama yang memberikan
kepuasan. Usaha untuk pengintegrasian dilakukan melalui hubungan antar manusia
(human relation), motivasi,
kepemimpinan, kesepakatan kerja bersama (KKB), dan Collective Bargaining.
Jadi pengintegrasian adalah hal yang sangat penting dan
merupakan salah satu kunci untuk mencapai hasil yang baik bagi perusahaan
maupun terhadap karyawan sehingga memberikan kepuasan kepada semua pihak.
Kayawan dapat memenuhi kebutuhannya dan perusahaan memperoleh laba.
C. Tujuan dan Prinsip Pengintegrasian Kerja di Lingkungan Bank BRI
Sebagai sebuah perusahaan jasa yang sudah dikenal
masyarakat, tentunya masalah profesionalisme kerja merupakan hal yang penting
dan sangat diperhatikan. Adanya pengintegrasian kerja merupakan salah satu
bentuk profesionalisme yang ditunjukkan oleh Bank BRI sebagai perusahaan publik
yang menjunjung tinggi profesionalitas. Untuk itu, tujuan pengintegrasian di
lingkungan BRI adalah memanfaatkan karyawan agar mereka bersedia bekerja keras
dan berpartisipasi aktif dalam menunjang tercapainya tujuan perusahaan serta
terpenuhinya kebutuhan karyawan.
Adapun prinsip
pengintegrasian kerja yang berlaku di lingkungan Bank BRI adalah menciptakan
kerjasama yang baik dan saling menguntungkan.
D. Metode Pengintegrasian Kerja
di Lingkungan Bank BRI
Sebagai sebuah bank dengan
reputasi yang tidak diragukan lagi dalam dunia perbankan nasional, BRI
menerapkan metode-metode pengintegrasian kerja yang menunjukkan adanya
profesionalisme dalam menjalankan roda perusahaan, di antaranya:
1).
Hubungan antar karyawan/manusia (Human Relations)
2).
Motivasi kerja karyawan (Motivation)
3).
Kepemimpinan (Leadership)
4).
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)
5).
Collective Bargaining
1. Hubungan Antarkaryawan/manusia
Hubungan antarmanusia (Human
Relation) adalah hubungan kemanusiaan yang harmonis, tercipta atas
kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan
bersama. Tujuannya adalah menghasilkan integrasi yang cukup kukuh, mendorong
kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran bersama. Di
lingkungan Bank BRI, Manajer dalam menciptakan hubungan antarkaryawan/manusia
yang harmonis memerlukan kecakapan dan keterampilan tentang komunikasi,
psikologi, sosiologi, antropologi dan etologi, sehingga dia memahami serta
dapat mengatasi masalah-masalah dalam hubungan kemanusiaan.
2. Motivasi (Motivation)
a. Pengertian dan Teori-Teori Motivasi
a. Pengertian dan Teori-Teori Motivasi
1) Pengertian Motif dan Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere
yang berartin dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen
hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan,
agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan
yang telah ditentukan.
Pentingnya motivasi karena motivasi
adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya
mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin
penting karena manajer membagikan pekerjaan pada
bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
Perterson dan Plowman mengatakan
bahwa orang mau bekerja karena faktorfaktor berikut :
a.
The desire to live (keinginan untuk hidup)
b.
The desire for position (keinginan untuk suatu
posisi)
c.
The desire for power (keinginan akan
kekuasaan)
d.
The desire for recognation (keinginan akan
pengakuan)
Motivasi adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja asma,
bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai
kepuasan.
Sedangkan menurut Edwin B Flippo, motivasi adalah
“Direction or motivation is essence, it is a skill in aligning employee and
organization interest so that behavior result in achievement of employee want
simultaneously with attainment or organizational objectives. (Motivasi adalah
suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja
secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi
sekaligus tercapai).
Menurut
American Encyclopedia “Motivation: That predisposition (it self the subject of much
controvency) within the individual wich arouses sustain and direct his
behavior. Motivation involve such factor as biological and emotional needs that
can only be inferred from observation behavior).
(Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan)
dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan mengarahkan
tindak-tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional
yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia).
Dan menurut Merle J. Moskowits “Motivation
is usually refined the initiation and direction of behavior, and the study of
motivation is in effect the study of course of behavior.” (Motivasi secara
umum didefinisikan sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran
motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku).
Adapun motif, adalah suatu perangsang
keinginan (want) dan daya penggerak
kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin
dicapai (Penulis). Perbedaan pengertian keinginan (want) dan kebutuhan (needs)
adalah keinginan (want) dari setiap orang berbeda karena dipengaruhi oleh
selera, latar belakang dan lingkungannya, sedangkan kebutuhan (needs) semua
orang adalah sama.
Konsep motif dan motivasi yang dikembangkan oleh Bank Rakyat Indonesia sebagai
sebuah perusahaan publik di bidang jasa keuangan yang memegang profesionalisme
kerja tinggi tergambar dalam hal-hal sebagai berikut:
1). Perangsang berbentuk materiil atau nonmateriil
yang tercipta oleh internal (keinginan) maupun eksternal yang dilakukan oleh
manajer.
2). Rangsangan
yang menciptakan keinginan (want) dan mempengaruhi perilaku seseorang
(individu)
3). Keinginan
menjadi daya penggerak dan kemauan bekerja seseorang (individu)
4). Kemauan
bekerja menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan kepuasan seseorang.
5). Kebutuhan dan kepuasan mendorong menciptakan
perangsang selanjutnya dan seterusnya, jadi merupakan siklus.
Konsep motif dan motivasi tersebut
didasarkan pada pendapat Dr. David Mc. Clelland terkait dengan motivasi, yang
mengatakan bahwa terdapat pola motivasi yang menonjol :
1). Achievement
motivation, yaitu suatu keinginan untuk mengatasi/ mengalahkan suatu tantangan,
untuk kemajuan, dan pertumbuhan.
2). Affiliation motivation, yaitu
dorongan untuk melakukan hubungan dengan orang lain.
3). Competence motivation, yaitu
dorongan untuk melakukan pekerjaan yang bermutu
4). Power
motivation, yaitu dorongan yang dapat mengendalikan suatu keadaan. Dalam hal
ini ada kecenderungan untuk mengambil risiko dan menghancurkan rintangan yang
terjadi. Sifat ini banyak dilakukan/terdapat pada orang-orang yang berkecimpung
dalam bidang politik. Power motivation ini tidak akan berakibat terlalu buruk,
jika diikuti oleh achievement, affiliation dan competence motivation.
2). Tujuan Motivasi
Sebagai
sebuah perusahaan yang berorientasi pada profit taking, Bank Rakyat Indonesia
(BRI) tentunya mempunyai terkait dengan motivasi yang diberikan khususnya
kepada para karyawannya. Tujuan motivasi tersebut antara lain sebagai berikut :
a.
Meningkatkan moral dan kepuasan
kerja karyawan
b.
Meningkatkan produktivitas kerja
karyawan
c.
Mempertahankan kestabilan karyawan
perusahaan
d.
Meningkatkan kedisiplinan karyawan
e.
Mengefektifkan pengadaan karyawan
f.
Menciptakan suasana dan hubungan
kerja yang baik
g.
Meningkatkan loyalitas,
kreativitas dan partisipasi karyawan
h.
Meningkatkan tingkat kesejateraan
karyawan
i.
Mempertinggi rasa tanggung jawab
karyawan terhadp tugas-tugasnya
j.
Meningkatkan efisiensi penggunaan
alat-alat dan bahan baku
3). Asas-asas Motivasi
Asas-asas motivasi yang
dikembangkan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) antara lain:
a. Asas Mengikutsertakan
Maksudnya mengajak bawahan
untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan
ide-ide, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.
b. Asas Komunikasi
Maksudnya menginformasikan
secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara mengerjakannya dan kendala
yang dihadapi.
c. Asas Pengakuan
Maksudnya memberikan penghargaan
dan pengakuan yang tepat secara wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang
dicapainya.
d. Asas Wewenang yang Didelegasikan
Maksudnya mendelegasikan
sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk mengambil keputusan dan
berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas atasan atau manajer.
e. Asas Perhatian Timbal Balik
Asas perhatian timbal balik
adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan
disamping berusaha memenuhi kebutuhankebutuhan yang diharapkan bawahan dari
perusahaan.
4). Metode Motivasi
Motivasi yang diberikan
di lingkungan Bank Rakyat
Indonesia (BRI) dilakukan dengan beberapa metode, di antaranya:
a.
Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Adalah motivasi (materiil dan
nonmateriil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan
untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya.
b.
Motivasi Tak Langsung (Indirect Motivation)
Adalah motivasi yang diberikan hanya
merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran
tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.
5). Alat-Alat Motivasi
5). Alat-Alat Motivasi
Alat-alat motivasi (daya
perangsang) yang diberikan kepada bawahan di lingkungan Bank Rakyat Indonesia
(BRI) dapat berupa material incentive
dan nonmaterial incentive. Material incentive adalah motivasi yang
bersifat materiil sebagai imbalan prestasi yang diberikan oleh karyawan. Yang
termasuk material incentive adalah
yang berbentuk uang dan barang-barang. Nonmaterial
incentive adalah motivasi (daya perangsang) yang tidak berbentuk materi.
Yang termasuk nonmaterial adalah
penempatan yang tepat, pekerjaan yang terjamin, piagam penghargaan, bintang
jasa, perlakuan yang wajar, dan sejenisnya.
6). Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi
yang diberikan di suatu perusahaan termasuk di perusahaan perbankan (BRI) sangat
beragam jenisnya. Dan di antara jenis-jenis motivasi tersebut di antaranya :
a. Motivasi Positif (Insentif Positif)
Maksudnya manajer memotivasi
(merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di
atas prestasi standar.
b. Motivasi negatif (Insentif Negatif)
Maksudnya manajer memotivasi
bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman.
3. Pemimpin dan Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan
integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran
yang maksimal. Kepemimpinan adalah kata benda dari pemimpin (leader).
Pemimpin (Leader = head) adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya,
mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai
tujuan organisasi.
Kepemimpinan
adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau
bekerjasama dan bekerja produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam
suatu perusahaan, termasuk di dalamnya perusahaan di bidang jasa, terdapat
banyak gaya kepemimpinan yang dijalankan, beberapa di antaranya yaitu:
1). Kepemimpinan Otoriter
1). Kepemimpinan Otoriter
Adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak
tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi
wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh
pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide dan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Falsafah pemimpin ialah
”bawahan adalah untuk pimpinan/atasan”.
Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk
peningkatan produktivitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan
dan kesejahteraan bawahan. Pimpinan menganut sistem manajemen tertutup (closed
management) kurang menginformasikan keadaan perusahaan pada bawahannya.
Pengkaderan kurang mendapat perhatiannya.
2). Kepemimpinan Partisipatif
Adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara
persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan
partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki
perusahaan. Falsafah pemimpin ialah ”pimpinan (dia) adalah untuk bawahan”.
3). Kepemimpinan Delegatif
Pada prinsipnya pemimpin bersikap, menyerahkan dan
mengatakan kepada bawahan ”Inilah pekerjaan yang harus saudara kerjakan, saya
tidak peduli, terserah saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut
bisa diselesaikan dengan baik”. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas
pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan menginginkanagar para
bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan
sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Kematangan psikologis
dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan sesuatu yang erat
kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan.
Berdasarkan tiga gaya kepemimpinan di atas, dalam
menjalankan roda perusahaan, manajemen Bank Rakyat Indonesia lebih condong
kepada gaya kepemimpinan partisipatif. Hal ini didasarkan pada
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh manajemen bahwa seorang pemimpin
harus memandang bahwa sasaran perusahaan merupakan tanggungjawab yang harus
dipikul bersama antara pimpinan dan bawahan. Seluruh karyawan merupakan satu
tim yang integral dan tidak dapat dipisahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan cara seperti ini, diharapkan seluruh
karyawan mempunyai dedikasi dan tanggungjawab yang besar terhadap perusahaan,
sehingga apa yang menjadi sasaran perusahaan dapat dicapai dengan maksimal.
4. Kesepakatan
Kerja Bersama dan Collective Bargaining
a. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)
Dalam proses menjalankan roda perusahaan,
manajemen Bank Rakyat Indonesia (BRI) memandang bahwa Kesepakatan Kerja Bersama
(KKB) berperan penting dalam menciptakan pengintegrasian, membina kerja sama
dan menghindarkan terjadinya konflik dalam perusahaan. Dengan KKB ini
diharapkan permasalahan yang dihadapi karyawan dengan perusahaan dapat diatasi
dengan baik. Misalnya : kenaikan gaji/upah, tunjangan hari raya, pemecatan karyawan,
dan lain-lain. KKB adalah musyawarah dan mufakat antara pimpinan perusahaan
dengan pimpinan serikat karyawan dalam memutuskan masalah yang menyangkut kebutuhan
karyawan dan kepentingan peruashaan. Dengan landasan musyawarah dan mufakafat
diharapkan tercipta integrasi yang serasi dalam perusahaan. Karyawan menjadi partner
kerja sama yang baik bagi perusahaan.
b. Collective Bargaining
Collective bargaining adalah
adanya pandangan antara pimpinan perusahaan dengan pimpinan serikat buruh
(karyawan) dalam menetapkan keputusan-keputusan yang menyangkut kepentingan
perusahaan dan kebutuhan karyawan. Hal ini dilakukan agar tercipta integrasi
yang harmonis dan usaha-usaha untuk menghindari terjadinya konflik dalam
perusahaan.
Collective bargaining didasarkan
atas perundingan yang berarti adu kekuatan, siapa yang mempunyai posisi kuat
maka dialah yang banyak menentukan keputusan. Sedangkan KKB didasarkan atas
musyawarah dan mufakat dalam menetapkan keputusan, bukan atas adu
kekuatan/posisi.
Collective bargaining dapat
diibaratkan seperti demokrasi barat, sedangkan KKB seperti demokrasi Pancasila.
E. Integrasi
fungsi-fungsi SDM
dalam strategi bisnis
BRI
Pengintegrasian
fungsi SDM dalam strategi bisnis Bank
Rakyat Indonesia (BRI) mengacu pada upaya pendefinisian ulang tentang kondisi
organisasi, peran
dan kemampuan organisasi mengenai masalah
bisnis. Hal ini dapat dilakukan dengan pendefinisian yang jelas mengenai
peran, perilaku, kegiatan, dan tanggungjawab masing-masing karyawan sehingga
karyawan mampu meningkatkan kinerjanya dengan menguasai
atau memiliki bakat dan keahlian sesuai bidang kerjanya,
mampu
mengembangkan diri,
bekerjasama dalam tim kerja sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan kinerja perusahaan
secara menyeluruh. Meningkatnya kinerja perusahaan akan memberikan dampak positif terhadap
kelangsungan hidup dan perkembangan
perusahaan.
Usaha-usaha untuk mengintegrasikan
fungsi-fungsi SDM dalam strategi bisnis perusahaan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan
yaitu pertama, mencocokkan atau menyesuaikan gaya manajerial
atau aktivitas personil, kedua, meramalkan kebutuhan tenaga kerja dengan memberikan sasaran-sasaran strategis atau kondisi
lingkungan yang pasti, dan ketiga,
menyediakan sarana-sarana
integrasi SDM dalam usaha secara menyeluruh
untuk menyesuaikan strategi
dan struktur perusahaan. Winter 1985, mengkategorikan
derajat integrasi antara strategi
perusahaan dan fungsi SDM kedalam empat level meliputi administrative linkage, one way linkage, two
way linkage, dan integrative linkage.
Administrative linkage diindikasikan oleh suatu keadaan dimana
SDM memerankan peranan personal
yang masih tradisional yang memberikan dukungan operasional, pengembangan program untuk mengisi
berbagai keinginan melalui perusahaan. One
way linkage, pada tahap ini terdapat rangkaian
hubungan antara fungsi-fungsi SDM dan strategi bisnis
perusahaan. Fungsi SDM adalah mendesain
sistem dan program
untuk
mendukung sasaran strategis perusahaan, bahkan SDM bertindak untuk membuat strategi
inisiatif tapi tidak
mempengaruhi strategi
tersebut. Two way linkage,
level integrasi ini diindikasikan dengan
adanya
hubungan yang interdependen
dan resiprokal antara fungsi SDM dan strategi kompetitif perusahaan. Pada kondisi ini,
top
manajer dan para perencana bisnis
mengetahui bahwa rencana bisnis
akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
aktivitas SDM. Dengan
kata lain, fungsi SDM dianggap penting dan dapat dipercaya. Integrative linkage, dikarakterisasikan dengan hubungan dinamis,
interaktif antara fungsi SDM dan strategi kompetitif perusahaan. Interaksi
terjadi baik secara formal maupun informal. Dalam kondisi ini, senior HR executive dianggap sebagai
patner strategi bisnis bagi eksekutif senior yang lain.
Integrasi fungsi SDM
dan strategi bisnis perusahaan sangat penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif
perusahaan. Melalui integrasi tersebut
diharapkan tercapai
efektivitas fungsi SDM dalam
melakukan fungsinya,
memberikan
nilai
tambah bagi organisasi, memperbaiki
kinerja perusahaan, dan meningkatkan fleksibilitas organisasi untuk mampu beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan lingkungan bisnis sehingga perusahaan mampu memenangkan persaingan bisnis
dalam lingkungan bisnis yang makin
kompetitif.
DAFTAR PUSTAKA
Almaraz, Jeanne.1994. Quality Management and The Process
of Change. Journal of Change Management, Vol. 7,
No. 2, pp 6-14
Barney, J.B.
1991.
Firm
Resources and
Sustainable Competitive
Advantage. Journal of management. pp. 99-120
Buller, P.F.
Successful
Patnerships: Human
Resources
and
Strategis Planning
at
Eight Top Firm. Organizational Dynamics,
pp 27-43
Carrell, M.R., N.F. Elbert and R.D. Hatfield. (1995) Human Resources
Management Fifth Edition. Englewood Cliffs, NJ. Prentise Hall.
Dessler, G. 2000. Human Resources Management. Eight Edition. Prentice Hall
Faulkner, D dan Bowman,
C.
1997. Strategi Kompetitif. Endang Sri Prapti. (Transl.) Penerbit Andi Yogyakarta.
Flaherty, M.T. 1996. Global Operation Management, New York: Mc. Graw Hill, Inc
Lawrence, S. 1989. Voice of Human Resources
Experience, Personel
Journal, April : pp. 61-75.
Lengnick-Hall, C.A.
dan Lengnick-Hall, M.L. 1988.
strategic
Human
Resources Management: A review of
The Literature and Proposed typology. Academy of Management Review, 13(3), pp. 454-470
Maitland, I. 1994. The Business Environment. British
Library Cataloguing
in Publishing Data.
Moran, John W.,
Baird
K.
Brightman.
2000.
Leading
Organizational
Change. Journal of Workplace Learning:
Employee Conselling Today, Vol.
12. No. 2, pp 66-74
Robbins,
S.P., 2002. Managing Today. Second Edition.
Prentice Hall International,
Inch.International.
Simamora, Henry.
1993. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi I,
Yogyakarta, Bagian Penerbitan
STIE YKPN.
0 komentar:
Posting Komentar