PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Senin, 09 September 2019


AGRESIVITAS ANAK SEBAGAI SATU BENTUK KELAINAN DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK


A. Pengantar
Anak adalah tunas bangsa yang sangat berharga dan menjadi tumpuan harapan di masa depan. Melihat tunas-tunas itu tumbuh dengan baik, pastilah amat membahagiakan. Akan tetapi pada kenyataannya banyak ditemukan juga bahwa tidak semua hal berjalan sesuai dengan harapan dan rencana apalagi ketika mulai muncul berbagai perilaku yang tidak diharapkan. Bagi anak di TK kebutuhan sosial merupakan suatu syarat untuk pertumbuhan jiwa anak. Kebutuhan sosial ini tidak dapat terpenuhi sekedar mempersatukan anak yang sebaya dalam satu kelas untuk mcndengarkan uarian-uraian guru. Yang dibutuhkan oleh anak adalah seorang guru yang dapat mengerti dan menyayangi mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Apalagi pada anak yang bertingkah laku agresif. Sebagai figur seorang guru, diharapkan dapat membantu permasalahan mereka. Apabila perilaku agresif tidak segera ditangani dan tidak mendapat perhatian dari orang tua maupun pendidiknya, maka akan berpeluang besar menjadi perilaku atau kebiasaan yang menetap. Perilaku agresif yang dibiarkan begitu saja, pada saat remaja nanti akan menjadi perilaku khas kenakalan remaja. Dengan deemikian, perilaku agresif dari sejak anak berusia dini berpengaruh pada perkembangan-perkembangan anak selanjutnya. Untuk itulah dibutuhkan suatu penanganan secara dini terhadap anak-anak dengan perilaku agresif ini. Yaitu dengan adanya bimbingan konseling untuk anak. 

B.  Definisi Agresivitas
Agresivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan marah, permusuhan, atau tindakan melukai orang lain baik dengan tindakan kekerasan fisik, verbal, maupun menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh. Sri Maryati Deliana dan Rusda Koto Sutadi di dalam buku Permasalahan Anak TK, menyatakan tingkah laku agresif mulai tampak sejak usia dua tahun tetapi sampai usia lima tahun tingkah laku ini masih sering muncul.  Menurut Heri Widodo, tindakan agresi merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku agresif lebih menekan pada suatu yang bertujuan untuk menyakiti orang lain dan secara sosial tidak dapat diterima. Istilah kekerasan (violence) dan agresif (agresion) memiliki makna yang hampir sama, sehingga sering kali dipertukarkan. Perilaku-perilaku agresif selalu dipahami sebagai kekerasan terhadap pihak yang dikenai perilaku tersebut. Pada dasarnya perilaku agresif pada manusia adalah tindakan yang bersifat kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya.  Jadi bisa disimpulkan bahwa perilaku agresif (suka menyerang) ialah melakukan suatu tindakan kekerasan untuk melukai orang dalam kemarahannya. Bisa dilakukan dengan menendang atau memukul orang, mengatai atau memaki orang dengan kata-kata kasar, memfitnah, dan menggertak serta mengganggu orang lain. Pada umumnya, seorang anak tidak mungkin dengan sengaja ingin melukai orang lain, kalau bukan karena emosinya. 

C. Bentuk-Bentuk Agresivitas
Tingkah laku agresif secara umum terdiri dari dua macam, yaitu agresif fisik dan agresif verbal. Agresif fisik misalnya mendorong, memukul, menggigit, menendang, merusak, dan sebagainya. Agresif verbal misalnya dengan cara mencaci, mengejek, menggoda, membantah, menakuti, memperolok teman, dan sebagainya.  Buss dan Perry  menambahkan dua bentuk agresivitas, yakni kemarahan dan kebencian. Agresi yang umumnya terjadi pada usia anak TK adalah Hostile Aggression yaitu agresi yang ditujukan kepada orang lain akibat kesal atau marah kepada seseorang. Sebenarnya, tingkah laku agresif ini adalah reaksi yang normal pada anak-anak, meskipun tidak semua anak menunjukkannya. Tingkah laku ini muncul sebagai reaksi anak terhadap rangsangan yang ia terima dari luar, tujuannya adalah untuk melindungi dirinya agar ia merasa aman. Akan tetapi jika pola perilaku ini menetap dan dilakukan secara berlebihan, maka bisa berpotensi menjadi masalah serius yang harus segera diatasi. 

D. Penyebab Perilaku Agresif
Secara umum tingkah laku agresif sebabkan oleh dua hal, yaitu faktor dari dalam (internal) dan dari luar diri anak (eksternal). Dari dalam diri anak, tingkah laku agresif muncul sebagai insting pertahanan diri yang normal. Jika anak merasa mendapatkan hambatan untuk memuaskan keinginannya, maka ia bisa frustasi. Rasa frustasi inilah yang kemudian menimbulkan dorongan agresif yang ditunjukkan dengan perilaku menyerang atau memberontak.  Faktor dari luar diri anak, tingkah laku agresif didapat karena anak mencontoh dari lingkungan sekitarnya (film kekerasan di televisi, orang tua atau saudara yang bertengkar, teman yang berkelahi, dan sebagainya). Anak akan mudah menyerap apa yang ia lihat, dan secara tidak langsung mempelajari tingkah laku agresif dari sekitarnya.

E. Treatment dan Layanan Yang Diberikan
Agresivitas dapat disebabkan dari lingkungan disekitar anak. Menangani agresivitas perlu dilakukan sedini mungkin. Jika agresivitas menjadi perilaku yang bertahan sampai remaja, maka penanganannya akan menjadi lebih sulit karena semakin banyak faktor yang mempengaruhinya. Tugas guru adalah melatih anak untuk mengontrol diri dan tidak mengembangkan agresivitasnya. Berikut adalah beberapa treatment / layanan yang diberikan dalam menangani kasus ini : 
a.   Mengingatkan orang tuanya agar tidak terlalu memanjakan anak;
b.   Mengingatkan orang tua untuk tidak membiarkan anak menonton acara-acara televisi yang menampilkan tindak kekerasan;
c.   Segera memisahkan ketika anak melakukan tindakan agresi kepada temannya. 
d.   Memberikan teladan pada anak dan dengan tidak pernah bertengkar ataupun marah pada anak ataupun orang lain;
e.   Mengajarkan anak untuk mau menghargai, menyayangi, dan saling menolong dengan teman-temannya;
f.    Memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan keinginan dan kekuatan dengan cara tertentu, yakni kegiatan yang dapat mengurangi frustasi seperti misalnya mengajak anak menggambar, bernyanyi dan sebagainya;
g.   Menghindari menghukum anak secara fisik seperti misalnya dipukul. Dengan menghukum anak secara fisik justru mengajarkan kepada anak bagaimana melampiaskan agresi dan hukuman tersebut akan ditiru untuk dilakukan pada orang lain. 
h.   Mengajari anak tentang pemecahan masalah tanpa kekerasan fisik dengan metode mendongeng dan bermain peran.   

F. Hasil Treatment dan Layanan
Mengatasi perilaku agresif anak membutuhkan kesabaran dan kedisiplinan serta proses yang tidak sebentar. Dari serangkaian treatment / bimbingan yang diberikan, anak sudah menunjukkan suatu perubahan positif, meskipun memang kadang-kadang masih menunjukkan perilaku agresif tetapi sudah jauh berkurang frekwensinya. Dari hasil pengamatan selama melakukan bimbingan diperoleh hasil :
    Dalam banyak kesempatan anak sudah mampu mengendalikan emosinya dan sudah jarang berbuat agresif kepada temannya;
    Anak sudah jarang merebut mainan dari temannya yang lain;

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Anak Laki-Laki Lebih Emosional? http://www.e-smartschool.com/  uot/UOT0010064.asp.htm  

Anonim. 29 Oktober 2003. Mengatasi Tingkah Laku Agresif Pada Anak. http://pepak.sabda.org/pustaka/PEPAK_Pustaka_ Mengatasi Tingkah Laku Agresif pada Anak.htm  

Anonim. 29 Oktober 2003. Anak Agresif. http://pepak.sabda.org/pustaka/    PEPAK _ Pustaka _ Anak Agresif.htm  

Anonim. Anak Agresif, Normalkah? http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl/  cyberwoman/detail.aspx.htm   

Eka. 8 November 2007. Perilaku Agresif Pada Anak http://permataiman.org/  Ahlan_wa_Sahlan Permata_Iman_Kelompok_Bermain&Taman_Kanak_Kanak_Is  lam.htm   

Hilman Hilmansyah. Jangan Memukul Dong, Sayang! http://www.tabloid-nakita.com/  artikel.php3.htm


Singgih D. Gunarsa, Dra. 1978. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Teddy Hidayat, dr., Sp.K.J. 1 Agustus 2007. Pola Asuh Mencegah Anak Agresif. http://keluargabahagia.epajak.org/blog/pola-asuh-mencegah-anak-agresif-51   

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP