ISLAM RAHMATAN LIL 'ALAMIN
Minggu, 08 September 2019
ISLAM PENEBAR RAHMAT BAGI ALAM
Konsepsi Islam yang
diturunkan ke dunia ini melalui Nabi Muhammad SAW. merupakan konsep yang
diciptakan untuk dijadikan pegangan hidup bagi manusia. Islam diturunkan untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam. Konsep kerahmatan Islam terangkum dalam
seluruh ajaran-ajarannya yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits
Nabi SAW.
Kata “Rahman”
begitu banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, bahkan kata “Rahman” ini selalu
disebutkan setiap oleh umat Islam ketika mereka beribadah shalat. Selain itu,
kata “Rahman” tidak melulu sebatas-batas kata-lata yang diucapkan oleh orang
Islam, lebih dari itu, orang Islam selalu berusaha untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang mencerminkan kasih sayang sebagai bentuk
pengejawantahan dari kata “Rahman” itu sendiri. Nabi Muhammad SAW. pernah
bersabda : “Sayangilah siapa saja yang ada di muka bumi, niscaya Tuhan
menyayanginya.”
Ibnu Abbas, seorang
ahli tafsir awal, mengatakan bahwa rahmat yang dibawa oleh Islam meliputi
orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Dalam Al-Quran (QS. 7 : 156)
ditegaskan pula bahwa Rahmat Allah itu meliputi segala hal.
Sebagai pedoman
hidup, kitab suci Al-Quran mempunyai posisi yang sangat penting dan terhormat
dalam kehidupan masyarakat muslim seluruh dunia, karena Al-Quran merupakan
sumber hukum, pedoman moral, bimbingan ibadah, dan doktrin keimanan.
Al-Quran dan
Muhammad Rasulullah SAW. merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya merupakan satu paket yang diutus oleh Allah untuk mengubah segala
bentuk kemungkaran yang terjadi dalam peradaban manusia kala itu sampai nanti
akhir jaman, yang melintasi dan melewati batas etnis dan wilayah. Al-Quran
diturunkan untuk mengubah perilaku dan mindset
masyarakat (kala itu) agar berpikir kosmopolitan dan maju. Al-Qur’an juga mengajarkan bagaimana
pranata hukum dan keadilan ditegakkan di tengah-tengah masyarakat.
Dalam konteks Islam sebagai rahmatan
lil ‘alamin, Islam telah mengatur tata hubungan menyangkut aspek teologis,
ritual, sosial dan humanitas. Dalam segi telogis, Islam memberi rumusan tegas
yang harus diyakini oleh setiap pemeluknya. Namun, hal ini tidak tidak dapat
dijadikan alasan untuk memaksa non muslim memeluk Islam (la ikraha fiddin). Begitu halnya dalam tataran ritual yang memang
sudah ditentukan operasionalnya dalam Al-Quran dan Hadits. Sedangkan dalam
konteks sosial, Islam hanya berbicara mengenai ketentuan-ketentuan dasarnya
saja, yang penerjemahan operasionalnya secara detail dan komprehensif
tergantung pada kesepakatan dan pemahaman masing-masing komunitas.
Untuk memahami
Islam sebagai agama Rahmatan lil ‘Alamin
tidak cukup hanya dengan memahami teksnya saja, karena hal tersebut hanya akan
memberikan pengertian secara teoritis saja, tidak dalam tataran praktis. Akan
tetapi, Islam perlu diterjemahkan dan dipraktekkan ke dalam realitas yang
nyata. Dari situlah, maka
makna Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin akan dapat dirasakan. Islam Harus
menjadi harus menjadi agama yang realistis bagi kehidupan ini sehingga dapat
memberi kontribusi yang praktis bagi peradaban. Teks keagamaan tidaklah
bersifat normatif, tetapi semestinya ia menjadi spirits dan sumber penyemangat
bagi kehidupan. Islam jangan diterjemahkan sebatas teks saja. Teks itu harus
diterjemahkan secara rasional dan diaktualisasikan dalam realitas kehidupan
sehingga dari teks itu dapat tercipta peradaban kaum muslim yang sesungguhnya.
Dalam
konteks kehidupan dan peradaban muslim kaitannya dengan rahmatan lil ‘alamin,
selalu mengembangkan nilai-nilai humanisme dan nasionalisme yang memiliki tiga
komponen substansi Islam, yaitu Ukhuwwah
Basyariyah atau Insaniyah
(persaudaraan antar manusia), ukhuwah
wathaniyah (persaudaraan antar bangsa), dan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan antar umat Islam).
Ukhuwah Basyariyah
mengandung arti bahwa seluruh umat manusia, tanpa harus membedakan suku, ras,
warna kulit, bahkan agama, adalah saudara yang harus dilindungi dan saling
melindungi. Islam mengharamkan penganiayaan terhadap orang lain di luar Islam
dan meniscayakan hormat menghormati dan sifat toleransi. Sedangkan ukhuwwah wathaniyah mengandung arti
bahwa kerjasama antar bangsa mesti dijalin sebaik mungkin dalam rangka menuju
perdamaian dan kesejahteraan dunia. Hubungan bangsa-bangsa ini tanpa membedakan
latar belakang agama, suku, ras dan sebagainya. Adapun ukhuwwah Islamiyah mengandung arti bahwa seluruh kaum muslim adalah
saudara tanpa membedakan cara pandang keberagamaan, baik itu dalam tataran
teologi, hukum maupun spiritualitas.
Ketiga macam ukhuwwah seperti
tersebut di atas, harus berjalan dan diwujudkan secara seimbang menurut
porsinya masing-masing, tidak boleh saling bertentangan. Ukhuwwah Islamiyah dan Ukhuwwah
wathaniyah merupakan landasan dan hal yang fundamental bagi terwujudnya
ukhuwwah insaniyah. Melalui tiga dimensi ukhuwwah inilah, Islam rahmatan lil ‘alamin akan terealisasi
dalam kehidupan ini.
0 komentar:
Posting Komentar