JADILAH MAKHLUK YANG BERFIKIR
Jumat, 04 Desember 2009
JADILAH MAKHLUK YANG BERFIKIR
Sebagai makhluk yang hidup di alam raya yang fana ini, sudah sepantasnya manusia memikirkan tentang eksistensi dirinya dan keadaan sekelilingnya sebagai manifestasi dari keberadaan dirinya yang diberi kelebihan dari makhluk lainnya.
Banyak hal yang dapat manusia pikirkan sebagai bentuk tadzkirahnya terhadap sang Pencipta (Allah SWT.). Hendaknya terbersit dalam pikiran manusia bahwa ia sebelumnya tidak ada, dan atas kehendak Allah SWT. ia menjadi ada. Selain itu, hal-hal terjadi di sekeliling manusia merupakan ayat-ayat Allah yang perlu dikaji dan dipikirkan sebagai bentuk dari tadabbur yang akan menambah rasa keimanan dan ketaqwaan manusia terhadap Allah SWT.
Fenomena yang terjadi di alam ini merupakan kehendak Allah SWT. yang seharusnya menjadi pemikiran bagi makhluk yang mempunyai akal. Pernahkan manusia berpikir bagaimana bunga yang setiap hari dilihat di ruang tamu, yang tumbuh dari tanah yang hitam, ternyata memiliki bau yang harum serta berwarna-warni? Pernahkan manusia memikirkan seekor nyamuk, yang sangat mengganggu ketika terbang mengitarinya saat tidur, mengepakkan sayapnya dengan kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita sebagai manusia tidak mampu melihatnya? Pernahkan manusia berpikir bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti pisang, semangka, melon dan jeruk berfungsi sebagai pembungkus yang sangat berkualitas, yang membungkus daging buahnya sedemikian rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga? Pernahkan manusia berpikir bahwa gempa bumi mungkin saja datang secara tiba-tiba ketika manusia sedang tidur, yang menghancur luluhkan rumah, kantor dan kota tempat di mana manusia tinggal hingga rata dengan tanah sehingga dalam tempo beberapa detik saja manusia pun kehilangan segala sesuatu yang dimilikinya di dunia ini? Pernahkan manusia berpikir bahwa kehidupannya berlalu dengan sangat cepat, ia pun menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan kekuatannya? Pernahkan manusia memikirkan bahwa suatu hari nanti, malaikat maut yang diutus oleh Allah akan datang menjemput untuk membawanya meninggalkan dunia ini?
Jika manusia berfikir tentang semua itu (yang tentunya masih banyak lagi fenomena-fenomena lain yang lebih dahsyat yang perlu dipikirkan), tentunya manusia akan terus berlomba mendekati Tuhan sebagai bentuk ta’dzim terhadap Sang Pencipta dalam rangka meraih ridho-Nya untuk kebahagiaan hidup. Inilah yang mungkin sesuatu yang seharusnya terjadi.
Tetapi bagaimana kenyataan yang ada? Di sisi lain terlihat banyak manusia demikian terbelenggu oleh kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat.
Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.
Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.
Seseorang yang tidak berpikir akan berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Ad-Dukhaan, 44: 38-39)
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al-MuĆminuun, 23:115)
Oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah; namun sayang sudah terlambat.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut:
"Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24)
Padahal Allah telah memberikan kepada manusia kesempatan hidup di dunia. Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang direnungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh manusia, melalui para Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya:
"Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya." (QS. Ar-Ruum, 30: 8)
Banyak hal yang dapat manusia pikirkan sebagai bentuk tadzkirahnya terhadap sang Pencipta (Allah SWT.). Hendaknya terbersit dalam pikiran manusia bahwa ia sebelumnya tidak ada, dan atas kehendak Allah SWT. ia menjadi ada. Selain itu, hal-hal terjadi di sekeliling manusia merupakan ayat-ayat Allah yang perlu dikaji dan dipikirkan sebagai bentuk dari tadabbur yang akan menambah rasa keimanan dan ketaqwaan manusia terhadap Allah SWT.
Fenomena yang terjadi di alam ini merupakan kehendak Allah SWT. yang seharusnya menjadi pemikiran bagi makhluk yang mempunyai akal. Pernahkan manusia berpikir bagaimana bunga yang setiap hari dilihat di ruang tamu, yang tumbuh dari tanah yang hitam, ternyata memiliki bau yang harum serta berwarna-warni? Pernahkan manusia memikirkan seekor nyamuk, yang sangat mengganggu ketika terbang mengitarinya saat tidur, mengepakkan sayapnya dengan kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita sebagai manusia tidak mampu melihatnya? Pernahkan manusia berpikir bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti pisang, semangka, melon dan jeruk berfungsi sebagai pembungkus yang sangat berkualitas, yang membungkus daging buahnya sedemikian rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga? Pernahkan manusia berpikir bahwa gempa bumi mungkin saja datang secara tiba-tiba ketika manusia sedang tidur, yang menghancur luluhkan rumah, kantor dan kota tempat di mana manusia tinggal hingga rata dengan tanah sehingga dalam tempo beberapa detik saja manusia pun kehilangan segala sesuatu yang dimilikinya di dunia ini? Pernahkan manusia berpikir bahwa kehidupannya berlalu dengan sangat cepat, ia pun menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan kekuatannya? Pernahkan manusia memikirkan bahwa suatu hari nanti, malaikat maut yang diutus oleh Allah akan datang menjemput untuk membawanya meninggalkan dunia ini?
Jika manusia berfikir tentang semua itu (yang tentunya masih banyak lagi fenomena-fenomena lain yang lebih dahsyat yang perlu dipikirkan), tentunya manusia akan terus berlomba mendekati Tuhan sebagai bentuk ta’dzim terhadap Sang Pencipta dalam rangka meraih ridho-Nya untuk kebahagiaan hidup. Inilah yang mungkin sesuatu yang seharusnya terjadi.
Tetapi bagaimana kenyataan yang ada? Di sisi lain terlihat banyak manusia demikian terbelenggu oleh kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat.
Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.
Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.
Seseorang yang tidak berpikir akan berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Ad-Dukhaan, 44: 38-39)
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al-MuĆminuun, 23:115)
Oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah; namun sayang sudah terlambat.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut:
"Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24)
Padahal Allah telah memberikan kepada manusia kesempatan hidup di dunia. Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang direnungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh manusia, melalui para Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya:
"Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya." (QS. Ar-Ruum, 30: 8)
0 komentar:
Posting Komentar