PENDIDIKAN ANAK PRA SEKOLAH

Rabu, 02 Desember 2009

TANGGUNGJAWAB ORANGTUA PADA PENDIDIKAN ANAK PRA SEKOLAH

Dasar Psikologis Pendidikan Anak Pra sekolah
Anak usia prasekolah adalah individu yang menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi proses perkembangan selanjutnya.
Menurut Montessori, kualitas pengalaman kehidupan anak akan mempengaruhi pola perilaku dan kehidupannya di masa dewasa. Sebaliknya, pola kehidupan dan perlakuan orang dewasa terhadap anak akan mempengaruhi pola perkembangan yang dialami oleh anak. Ia menganggap pendidikan sebagai upaya membantu perkembangan anak secara menyeluruh, dan bukan sekadar mengajar. Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam memberikan pengalaman-pengalaman yang mendidik anak adalah adanya interaksi yang terpadu antara anak dan lingkungannya, serta adanya kebebasan bagi anak.
Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengatakan, bahwa anak lahir dengan kodrat atau pembawaan masing-masing. Kodrat anak bisa baik dan bisa buruk. Kodrati inilah yang akan memberikan dasar bagi pertumbuhan anak. Atas dasar faham tersebut beliau memandang bahwa pendidikan berfungsi menuntun anak bertumbuhkembangnya kekuatan-kekuatan kodrati yang dimiliki anak.
Atas dasar keterangan di atas, pendidikan pra sekolah secara umum dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan pra sekolah, anak diharapkan akan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya.

Peran Sentral Orang Tua bagi Pendidikan Anak Pra Sekolah
Pendidikan merupakan hal terbesar yang selalu diutamakan oleh para orang tua. Saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini. Untuk itu orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mendampingi anak dalam kehidupan keseharian anak. Sudah merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat memancing keluar potensi anak, kecerdasan dan rasa percaya diri. Dan tidak lupa memahami tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap.
Ada banyak cara untuk memberikan pendidikan kepada anak baik formal maupun non formal. Adapun pendidikan formal tidak sebatas dengan memberikan pengetahuan dan keahlian kepada anak-anak mereka di sekolah. Selain itu pendidikan non formal menanamkan tata nilai yang serbaluhur atau ahlak mulia, norma-norma, cita-cita, tingkah laku dan aspirasi dengan bimbingan orang tua di rumah.
Lingkungan keluarga sebagai salah satu sarana pendidikan non formal memerlukan banyak hal yang mendukung yaitu antara lain kepentingan dan kualitas yang baik dari orang tua, peran aktif orang tua dan peran aktif masyarakat sekitar. Pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di rumah dan orang tua yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap masa depan anak-anak mereka, di sisi lain sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, hanya merupakan lembaga yang membantu proses tersebut. Sehingga peran aktif dari orang tua sangat diperlukan bagi keberhasilan anak-anak di sekolah.
Ada beberapa cara dalam meningkatkan peran dan tanggungjawab orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka. Pertama, dengan mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak. Anak-anak diajarkan untuk belajar secara rutin, mandiri tidak hanya ketika mereka berada di sekolah. Setiap hari anak-anak diajarkan untuk mengulang pelajaran yang diberikan oleh guru pada hari itu. Dan diberikan pengertian kapan anak-anak mempunyai waktu untuk bermain. Selain itu, orang tua mempunyai tanggung jawab penuh yang lain dalam pendidikan anak, ia diharuskan memantau terus perkembangan pendidikan anak, karena orang tua merupakan simbol dari keberhasilan anak (di samping guru di sekolah). Ia yang secara non formal mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan anak, diharapkan mampu memberikan rangsangan-rangsangan atau stimulasi kepada anak agar mereka mempunyai minat belajar yang tinggi.
Kedua, memantau perkembangan perkembangan kemampuan akademik anak. Orang tua diminta untuk memeriksa daya ingat dan pemahaman mereka terhadap apa yang telah diberikan (diajarkan) baik itu di sekolah maupun di rumah.
Ketiga, memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral dan tingkah laku anak-anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan berkomunikasi dengan pihak sekolah untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.
Keempat, memantau efektifitas jam belajar di sekolah. Orang tua dapat menanyakan aktifitas yang dilakukan anak mereka selama berada di sekolah. Selain itu, orang tua diharapkan dapat menggunakan waktu seefektif mungkin dalam memberikan pengajaran, sehingga waktu belajar tidak banyak terbuang sia-sia.
Selain semua hal tersebut di atas ada beberapa hal lain perlu diperhatikan oleh orang tua, yaitu membantu anak mengenali dirinya (kekuatan dan kelemahannya), membantu anak mengembangkan potensi sesuai bakat dan minatnya, membantu meletakkan pondasi yang kokoh untuk keberhasilan hidup anak dan membantu anak merancang hidupnya.
Pada banyak kasus, orang tua sering memaksakan kehendak mereka terhadap anak-anak mereka tanpa mengindahkan pikiran dan suara hati anak. Orang tua merasa paling tahu apa yang terbaik untuk anak-anak mereka. Hal ini sering dilakukan oleh orang tua yang berusaha mewujudkan impian mereka, yang tidak dapat mereka raih saat mereka masih muda, melalui anak mereka. Kejadian seperti ini tidak seharusnya terjadi jika orang tua menyadari potensi dan bakat yang dimiliki oleh anak mereka. Serta memberikan dukungan moril dan sarana untuk membantu anak mereka mengembangkan potensi dan bakat yang ada. Di sinilah peran seorang guru diperlukan. Guru diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada orang tua tentang bagaimana cara yang baik dalam mendidik anak. Oleh sebab itu, di samping memberikan pelajaran kepada anak didik, guru juga mempunyai peran dalam membimbing orang tua siswa tentang bagaimana cara mereka seharusnya mengajari dan memberikan pendidikan kepada anak-anak.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orang tua dan harus dihindari dalam mendidik anak mereka, antara lain menumbuhkan rasa takut dan minder pada anak, mendidik anak menjadi sombong terhadap orang lain, membiasakan anak hidup berfoya-foya, selalu memenuhi permintaan anak, terutama ketika anak sedang menangis, terlalu keras dan kaku dalam menghadapi anak, terlalu pelit terhadap anak (melebihi batas kewajaran), tidak mengasihi dan menyayangi mereka sehingga mereka mencari kasih sayang diluar rumah, orang tua hanya memperhatikan kebutuhan jasmaninya saja, orang tua terlalu berprasangka baik kepada anak-anak mereka. Di sini pula peran seorang guru sebagai pengganti orang tua ketika mereka berada di sekolah untuk dapat mendengarkan keluhan-keluhan anak tentang apa yang mereka peroleh dari orang tua mereka untuk selanjutnya diberikan pengertian dan arahan.
Untuk itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk juga belajar dan terus menerus mencari ilmu, terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak. Agar terhindar dari kesalahan dalam mendidik anak yang dapat berakibat buruk bagi masa depan anak-anak. Orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak mereka, melihat potensi dan bakat yang ada di diri anak-anak mereka, memberikan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pembelajaran mereka di sekolah. Para orang tua diharapkan dapat melakukan semua itu dengan niat yang tulus untuk menciptakan generasi yang mempunyai moral yang luhur dan wawasan yang tinggi serta semangat pantang menyerah.

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP