SBY SANG PRESIDEN
Sabtu, 12 Desember 2009
SEHARUSNYA SBY INTROSPEKSI
Banyak hal yang menggelitik benak kita mengenai keadaan bumi pertiwi tercinta. Ternyata tidak mudah menjadikan orang itu melek hukum. Hukum dibuat untuk difahami dan ditaati, tidak sekedar hanya untuk diketahui. Bumi pertiwi adalah bumi dengan berbagai produk hukum yang telah dilahirkan. Seolah segala aspek kehidupan di muka bumi pertiwi ini dari yang terkecil sampai yang terbesar sudah ada tata aturannya.
Oke lah kalau begitu………! Berarti sebenarnya rakyat di bumi pertiwi ini ngerti hukum dan ngerti bagaimana hidup sesuai dengan hukum. Kita tidak perlu susah-susah mengingatkan untuk berlaku sesuai aturan hukum. Supremasi hukum sudah merupakan suatu keniscayaan untuk ditegakkan. Itulah idealnya.
SBY, sosok manusia yang mendapat kepercayaan sebagian orang yang ada di bumi pertiwi ini untuk menjadi pemimpin melalui jalur demokrasi (katanya…?) adalah sosok yang sebenarnya mempunyai kepekaan hukum yang tinggi. Dengan kepiawaian dia dalam mengolah kata-kata di depan publik, seolah-olah dia orang yang paling tahu hukum (bukan faham hukum….!), telah menghipnotis sebagian besar orang di bumi pertiwi ini untuk menjadikan dia sebagai orang nomor satu di negeri ini. Alhasil, SBY melenggang dengan berbagai sloganya menuju tangga kepemimpinan.
Kita semua tahu, bumi pertiwi adalah bumi dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Konstituen ini telah membuat bumi pertiwi menjadi sorotan dunia. Bumi dengan penduduk muslim terbesar, mempunyai andil besar bagi perkembangan Islam di belahan dunia bagian timur, ternyata bumi yang penuh dengan kontroversi dan tipu daya. Yang paling mengejutkan sekaligus membuat kita terbahak-bahak dan menangis berbarengan adalah produk hukum yang sama sekali tidak menyentuh asas demokrasi itu sendiri. Dalam demokrasi, siapa yang terbanyak adalah yang menang. Patokan tersebut telah menjadi jargon yang latah dalam demokrasi.
Apa yang terjadi sekarang? Umat Islam yang notabene merupakan mayoritas di negeri ini, sama sekali tidak disentuh oleh demokrasi, walaupun sistem demokrasi sama sekali tidak cocok diterapkan di negeri ini. Umat Islam di bumi pertiwi hanya menjadi tamu di negeri sendiri. Alangkah ngerinya keadaan ini. Ya Allah………. jauhkanlah kami dari malapetaka yang Engkau timpakan ke negeri ini!.
SBY, lagi-lagi SBY. Sosok pemimpin yang mempunyai tanggungjawab besar bagi keberlangsungan kehidupan di bumi pertiwi ini, ternyata tidak mempunyai kepekaan terhadap kepentingan umat Islam di negeri ini. Apa yang terjadi? Janji Allah pasti terjadi. “Jika kamu menolong Allah, pasti Allah akan menolongmu” SBY menolong Allah? Semua orang Islam tahu, dia sama sekali tidak respek terhadap kepentingan Islam di bumi pertiwi ini. Dia hanya menjadi tameng kepentingan orang-orang luar Islam. Walaupun secara KTP dia seorang muslim, tetapi sama sekali tidak ada ruhul Islam dalam dirinya. Dia hanya berjuang untuk kepentingan tuannya di Benua lain.
Segala kejadian yang terjadi di bumi pertiwi, adalah suatu hal yang perlu disikapi dengan bijaksana. Pasti ada sesuatu yang tidak beres di bumi pertiwi ini. Tidak perlu disebutkan apa saja yang telah terjadi. Yang pasti semuanya merupakan peringatan bagi kita untuk kembali ke jalan-Nya. Sudah saatnya kita berjuang demi kepentingan Allah SWT., demi kejayaan Islam dan umat Islam.
SBY, sosok yang harus bertanggungjawab terhadap kelangsungan kehidupan di bumi pertiwi, terutama umat Islam, dituntut untuk lebih memperhatikan dan memahami identitas dalam KTP-nya. Inilah sebenarnya yang harus terlebih dahulu dilakukannya, bukan yang lain. Berawal dari sini, maka akan terbukalah hal-hal lain yang seharusnya dilakukan oleh SBY.
Mudah-mudahan ini tidak menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi SBY, karena ini hanya mengingatkan bahwa murka Allah akan jauh lebih dahsyat jika keadaan ini tidak berubah.
Oke lah kalau begitu………! Berarti sebenarnya rakyat di bumi pertiwi ini ngerti hukum dan ngerti bagaimana hidup sesuai dengan hukum. Kita tidak perlu susah-susah mengingatkan untuk berlaku sesuai aturan hukum. Supremasi hukum sudah merupakan suatu keniscayaan untuk ditegakkan. Itulah idealnya.
SBY, sosok manusia yang mendapat kepercayaan sebagian orang yang ada di bumi pertiwi ini untuk menjadi pemimpin melalui jalur demokrasi (katanya…?) adalah sosok yang sebenarnya mempunyai kepekaan hukum yang tinggi. Dengan kepiawaian dia dalam mengolah kata-kata di depan publik, seolah-olah dia orang yang paling tahu hukum (bukan faham hukum….!), telah menghipnotis sebagian besar orang di bumi pertiwi ini untuk menjadikan dia sebagai orang nomor satu di negeri ini. Alhasil, SBY melenggang dengan berbagai sloganya menuju tangga kepemimpinan.
Kita semua tahu, bumi pertiwi adalah bumi dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Konstituen ini telah membuat bumi pertiwi menjadi sorotan dunia. Bumi dengan penduduk muslim terbesar, mempunyai andil besar bagi perkembangan Islam di belahan dunia bagian timur, ternyata bumi yang penuh dengan kontroversi dan tipu daya. Yang paling mengejutkan sekaligus membuat kita terbahak-bahak dan menangis berbarengan adalah produk hukum yang sama sekali tidak menyentuh asas demokrasi itu sendiri. Dalam demokrasi, siapa yang terbanyak adalah yang menang. Patokan tersebut telah menjadi jargon yang latah dalam demokrasi.
Apa yang terjadi sekarang? Umat Islam yang notabene merupakan mayoritas di negeri ini, sama sekali tidak disentuh oleh demokrasi, walaupun sistem demokrasi sama sekali tidak cocok diterapkan di negeri ini. Umat Islam di bumi pertiwi hanya menjadi tamu di negeri sendiri. Alangkah ngerinya keadaan ini. Ya Allah………. jauhkanlah kami dari malapetaka yang Engkau timpakan ke negeri ini!.
SBY, lagi-lagi SBY. Sosok pemimpin yang mempunyai tanggungjawab besar bagi keberlangsungan kehidupan di bumi pertiwi ini, ternyata tidak mempunyai kepekaan terhadap kepentingan umat Islam di negeri ini. Apa yang terjadi? Janji Allah pasti terjadi. “Jika kamu menolong Allah, pasti Allah akan menolongmu” SBY menolong Allah? Semua orang Islam tahu, dia sama sekali tidak respek terhadap kepentingan Islam di bumi pertiwi ini. Dia hanya menjadi tameng kepentingan orang-orang luar Islam. Walaupun secara KTP dia seorang muslim, tetapi sama sekali tidak ada ruhul Islam dalam dirinya. Dia hanya berjuang untuk kepentingan tuannya di Benua lain.
Segala kejadian yang terjadi di bumi pertiwi, adalah suatu hal yang perlu disikapi dengan bijaksana. Pasti ada sesuatu yang tidak beres di bumi pertiwi ini. Tidak perlu disebutkan apa saja yang telah terjadi. Yang pasti semuanya merupakan peringatan bagi kita untuk kembali ke jalan-Nya. Sudah saatnya kita berjuang demi kepentingan Allah SWT., demi kejayaan Islam dan umat Islam.
SBY, sosok yang harus bertanggungjawab terhadap kelangsungan kehidupan di bumi pertiwi, terutama umat Islam, dituntut untuk lebih memperhatikan dan memahami identitas dalam KTP-nya. Inilah sebenarnya yang harus terlebih dahulu dilakukannya, bukan yang lain. Berawal dari sini, maka akan terbukalah hal-hal lain yang seharusnya dilakukan oleh SBY.
Mudah-mudahan ini tidak menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi SBY, karena ini hanya mengingatkan bahwa murka Allah akan jauh lebih dahsyat jika keadaan ini tidak berubah.
0 komentar:
Posting Komentar